Senin, 07 Oktober 2013

TUHAN YANG SATU DI DUNIA YANG JAMAK



BAB IV
TUHAN YANG SATU DALAM DUNIA YANG JAMAK
1.      ya eko’varno bahudhāb śakti-yogād varnān anekāh nihitārtho dadhāti.
vicaiti ca’nte viśvam ādau sa devah sa no buddhyā śubhayā sanyunaktu.
1.      Dia yang satu, yang tanpa warna, dengan mempergunakan, kekuatan yang berlipat ganda membagi-bagikan warna didalam tujuannya yang tersembunyi dan kepada siapa pada mulanya dan pada akhirnya alam semesta dikumpulkan, semoga Dia memberikan pengertian yang jelas kepada kita.
-          Avarnah : tanpa tujuan. nirviśeṣah. Ś.
-          Nihitārthah: dalam yujuannya yang tersembunyi tanpa suatu motif atau keinginan pribadi. Agrhīta-prayojanah, svārthanirapekṣah.
-          Ante : pada akhirnya. V. śānte. Alam adalah tidak aktif, tidak terwujud sebelum penciptaannya.
2.      tad evā’ gnis tad ādityas tad vāyus tad u candramāh tad eva śukraṁ tad brahma tad āpas tat prajāpatih.
2.  Itu sesungguhnya adalah Agni (api), itulah Āditya (matahari), itulah Vāyu (angin), dan itulah bulan. Itu sesungguhnya adalah yang murni. Itulah Brahmā. Itulah air. Itulah Prajā-pati (pencipta).
-     Lihat Vājasaneyi Samhita XXXII.1.
-     Ayat ini ada pada Mahānārayana U. Sebagai berikut :
               yad ekam avyaktam aanta-rūpam viśvam purānam tamasa parastāt
               tad eva ta tad u satyam āhus tad etad brahma paramam kavīnām
iṣṭāpūrtam bahudhān jātam jātam jāyamānam viśvam bibharti bhuvasnasya nābhiḥ
tad evāgnis tad vāyus tat sūryas tad u candramāh
tad eva śukram amtam tad brahma tad āpas sa prajā-patih.
Ayat ini menunjukkan bahwa dewata Veda yang berbeda-beda bukanlah berdiri sendiri malainkan merupakan bentuk-bentuk dari Yang Maha Tinggi.
-         ad: itu; alam-atman, ātma-tattvam Ś.
-         śukram: murni, bisa juga berarti lengkung langit berbintang.
śuddham anyad api dīptiman nakṣaatrādi.
-         Ś. Menyamakan Brahmā dengan Hiranya-garbhātmā dan Prajā-pati virād-ātmā.
Vijñānabhikṣu mengatakan bahwa Yang Maha Tinggi melalui kekuatan māyā menciptakan yang terwujud dan kemudian memasukinya dan kemudian dipanggil dengan namanya masing-masing; svamāyayā adhidaivikopādhīn samaṣṭi-rūpān sṛśtvā tesv anupraviśya agnyādityādyakhyām labāhvā sthito ‘pīśvara evety āha.
3.      Twam strī tvam pumān asi, tvam kumāra uta vā kumātī;
tvaṁ jīrno dandena vañcasi, tvam jāto bhavasi viṣvatomukhah.
3.    Engkau adalah perempuan. Engkau adalah lelaki. Engkau adalah pemuda dan juga anak gadis. Engkau, sebagai orangtua, berjalan dengan tongkat. Karena terlahir engkau menjadi menghadap pada setiap arah.
-      Lihat Atharwa Veda X.8.27.
4.    nīlah patago harito lohitāksas tadid-garbha tavas samudrāh
       Anādimat tvam vibhutvena vartase yato jātāni bhuvanāni viśvā.
4.        Engkau adalah burung berwarna nila, engkau adalah (burung) hijau dengan mata merah. Engkau adalah (mendung) dengan petir dalam kandungannya. Karena tanpa permulaan, engkau berada dimana-mana. Dari (engkaulah) segala dunia-dunia ini terlahir.
-         pataṅgah : burung. bhramarah, kumbang.Ś.
ATMAN ALAM SEMESTA DAN JIWA PERSEORANGAN
5.      ajām akām lohita-śukla-kṛṣnām bahvīh prajāh sṛjamānaṁ sarūpāh.
Ajo hy eko juṣamāno’ nuśete jahāty enVm bhukta-bhogām ajo’ nyah.
5.    Yang satu dan tanpa dilahirkan, merah, putih dan hitam, yang membuahkan berbagai keturunan yang sama dalam bentuk dengan dirinya (perempuan), di sanalah terletak satu yang tidak dilahirkan (laki-laki) dengan suka cita. Satu lagi yang tidak terlahirkan menyerahkannya sesudah memperoleh kenikmatan.
-      Lihat B.S.I.4.-8.
-      lohita-śukla-kṛśnām: merah, putih dan hitam. Maksudnya mugkin api (tajas), air (ap), dan bumi (anna) atau triguna, raja, sattva dan tama dari prakṛti.
-      Satu kambing betina merah, putih, hitam pada waktunya melahirkan beberapa anak yang seperti dirinya. Untuk warna merah, putih dan hitam, lihat C.U.IV.4, dimana apa saja di dalam alam ini dikatakan mempunyai hubungan dengan ketiga unsur, api yang merah, air yang putih, dan hitamnya makanan atau bumi. Adalah urutan penciptaan ketika Yang Mutlak pertama-tama menciptakan panas, kemudian air dan akhirnya bumi dalam bentuk makanan. V. rohita untuk lohita.
-      Yang pertama yang tidak dilahirkan adalah dia yang bodoh dan itu karena pengaruh prakṛti.
-      Yang kedua yang tidak terlahirkan adalah dia yang sanggup mengatasi kebodohannya dan karena itu terbebas dari keterikatan dengan prakṛti.
       6.       dvā suparnā sayujā sakhāya, samānam vrksam pariṣasvajāte.
                 tayor anyaḥ pippalaṁ svādv atty anaśnam anyo’ bhicākaśiti.
6.             Dua burung, kawan (yang) selalu bersatu, bertengger pada pohon atman yang sama. Dari yang dua ini, yang satu memakan buah manis dan yang satu lagi memperhatikan tanpa ikut makan.
-            Lihat M.U.III.1.;R.V.I.164.20; Kaṭha I.3.1.
-            Keberadaan kita dalam waktu adalah pertemuan dari keberadaan empiris dan kenyataan yang transeden.
-            Yang abadi dalam diri dan yang abadi dalam aliran empiris adalah berkawan. Dunia adalah tempat pertemuan dari dia yang abadi dan dia yang terwujud dalam waktu. Manusia sebagai obyek yang perlu, kumpulan dari pengetahuan ilmiah adalah berbeda dari manusia sebagai kebebasan.
7.      samāvṛkṣe puruṣo nimagno’ nīśayā śocati muhyamānah jusṭam yadā paśyaty anyam īśam asya mahimānam iti vīta-śokah.
7    Pada pohon diri yang sama, satu oknum yang tenggelam dalam kesedihan dunia adalah terbawa ilusi dan bersedih atas keadaannya yang tidak berdaya. Ketika dia melihat Yang Lain, Yang Maha Kuasa yang dipuja kebesaranNya, dia menjadi terbebas dari kesedihan.
-      M.U.III.1.2. Dalam ayat keenam, penyebab kesedihan ditelusuri yang disebabkan oleh rasa tidak berdaya yang kita rasakan ketika kita tersesat dalam alam obyektip: dalam ayat ketujuh bebas dari kesedihan ditelusuri sebagai akibat dari kemampuan kita untuk keluar dari objek berpikir dan berhubungan dengan oknum nyata.
8.  co’ kare parame vyoman yasmin devā adhi viśe niseduh
            yas ta na veda ki cā kariyati ya it tad vidus ta ime samāsate.
8.      Untuk dia yang tidak mengerti tentang keadaan Rg. Veda yang tidak bisa dihancurkan, dimana pada sorga yang maha tinggi dewata bersemayam, apa gunanya Rg. Veda untuk dia? Mereka sesungguhnya yang mengerti akan hal ini, kemauannya terkabul.
-         R.V.I.164.39; Taittirīya Āranyaka II.11.6.
Samāsate: kemauannya terpenuhi. kṛtārthas tiṣṭhanti.Ś.
-         Veda bertujuan untuk membimbing kearah kesadaran kepada Yang Maha Tinggi. Bagi mereka yang mempelajarinya tanpa ada disiplin ke dalam, tidak akan banyak gunanya.
9.      chandāmsi yajñāḥ kratavo vratāni, bhūtam bhavyam yac ca vedā vadanti.
Asmān māyī sṛjate viśvam etat tasmiṁs cānyo māyayā samniruddhah.
9     Veda-veda, yajna, upacara-upacara, peraturan-peraturan, masa silam, masa depan dan apa yang dikatakan Veda, semua ini pencipta menciptakannya dari yang satu ini, dan didalam hal ini yang lainnya dibungkus oleh maya.
-      yang lainnya : jiwa perseorangan.
-      Seuruhnya dunia ini bermula dari Brahman yang abadi. Pencipta sesungguhnya adalah Īśvara, Kepribadian Tuhan, yang bertindak melalui kekuatannya māyā-Nya, devātma-śākti.
10.  māyā tu prakrti viddhi, māyina tu maheśvaram,
       tasyavayava-bhūtais tu vyāpta sarvam ida jagat.
10.       Ketahuilah kemudian bahwa prakṛti adalah māyā, dan pengendali māyā adalah Tuhan Yang Agung. Seluruh dunia dimasuki oleh oknum yang merupakan bagian dari Dia.
-          Prakṛti dari Sāmkhya disamakan dengan māyā dari Vedānta. Upanisad ini mencoba untuk menggabungkan pandangan Sāmkhya dengan Vedānta.
-          Īśvara dan Śakti dianggap sebagai orang tua dari dalam semesta.
-          Bd. Ayat Berikut:
‘Hanya ketika bersatu dengan Śakti barulah kekuatan Śiva terwujud; tetapi tanpa dia, Tuhan bahkan tidak akan bisa menggoyang.’
         śivah śaktyā yukto yadi bhavati śaktah prabhavitum:
         na ced evam devo na khula kuśalah spanditum api.
Kemudian lagi: O, Bapak dan Ibu, dunia kita ini diciptakan oleh welas asih dari perlindunganmu, sampai kepada keadaan, dimana dengan bantuanmu bersama, rancanganmu berdua terpenuhi dengan sendirinya.”
         ubhābhyām etābhyām ubhaya-vidhim uddiśya dayayā
         sanāthābhyām jajñe janaka-jananī maj-jagad idam.
                                                                         Ānandalaharī I.1
”Aku memikirkan tentang Ibu dari alam semesta, yang menciptakan dunia ini yang bersifat nyata dan tidak nyata, melindungi dengan kekuatannya sendiri dari triguna dan menarik kembali pada penutupan setiap aeon dan tetap memainkan dirinya dalam kemanunggalannya”.
-          srṣtvākhilam jagad idaṁ sad-asad svarūpam
śaktyā svayā trigunayā (atau tringunyā) paripāti viśvam.
saṁhṛtya kalpa-samaye ramate tathaikā
tām sarva-viśva-jananīm manasā smarāmi.
                                                      Devī Bhāgavata I.2.5.
-          Selagi Yang Maha Tinggi menciptakan seluruh alam semesta ini dengan kekuatannya māyā-Nyā, Dia tidaklah terpengaruh oleh hal ini seperti yang lainnya.

PENGETAHUAN YANG MENYELAMATKAN
DARI TUHAN
11.  yo yonim yonim adhitiṣṭhaty eko yasmin idaṁ saṁ ca vicaiti savam.
Tam īśīnaṁ varadaṁ devam īdyam nicāyyemāṁ śāntim atyantam eti.
11   Yang Tunggal yang memerintah setiap sumber, didalam mana semuanya ini akan dilebur (pada akhirnya), dia yang penguasa, pemberi anugrah, Tuhan Yang Tercinta, dengan sungguh-sungguh mengerti Dia, seseorang akan pergi ke tempat damai selamanya.
12.  yo devānām prabhavaś co’ dbhavaś ca, viśvādhipo rudro mahari.
       hiranya-garbham paśyata jāyamānam, sa o buddhyā śubhayā samyunaktu.
12.    Dia yang merupakan sumber dan asal dari para dewata penguasa semuanya, Rudra, maha Rsi, yang mengawasi bibit emas (Hiraṇya-garbha) kitika dia dilahirkan, semoga Dia memberikan pengertian yang jelas kepada kita.
-         Lihat III.4.
13.  yo devānām adhipo yasmin lokā adhiśritāḥ
ya īśe’ sya dvi-padaś catuṣ-padaḥ, kasmai devāya haviṣā vidhema.
13   Dia yang menguasai dewata dimana alam semesta berdiri, dia yang adalah penguasa dengan dua kaki dan empat kaki, kepada Tuhan yang manakah kita semestinya memberikan persembahan perjamuan kita?
-      kasmai: kepada apa: v.tasmai: kepada Tuhan itulah kita memberikan persembahan perjamuan kita. Lihat R.V.121.3.
14.  suksmāti-sūkmam kalilasya madhye, viśvasya sratāram aneka-rūpam
       Viśvasyaikam pariveṣṭitāra jñātvā śiva atyantam eti.
14.    Lebih kecil dari yang kecil, di tengah-tengah kegaduhan, pencipta semua, dengan bentuk ganda, pemeluk apa saja, dengan mengetahui Dia sebagai yang beruntung, seseorang akan mencapai kedamaian selamanya.
-         Lihat III.7; V.13.
15.  sa eva kāle bhuvanasya goptā, viśvādhipaḥ sarvabhūteṣu gūdhaḥ.
yasmin yuktā brahmarṣayo devatāś ca, tam evaṁ jñātvā mṛtyu-pāśāṁś chinatti.
15   Dia sesungguhnya adalah pelindung dunia dalam waktu, penguasa semuanya, tersembunya pada semua benda, pada mana yang melihat Brahman dan dewata bersatu; dengan mengerti dia, seseorang akan memotong tali-tali kematian.
-      Yang mengerti Brahman, demikian juga dewata mengerti bahwa realita mereka ada pada Brahman.
16.  ghtāt param maṇḍam ivātisūkma jñātvā śiva sarva bhūtesu gūdham.
       Viśvasyaikam pariveṣṭitāra jñātvā devam mucyate sarvapāśai.
16.  Dengan mengetahui Dia, yang beruntung, tersembunyi dalam semua mahluk, seperti lapisan yang sangat halus yang timbul dari ghee, pemeluk seluruh alam, dengan mengerti Tuhan seseorang dibebaskan dari belenggunya.
17.  eṣa devo viśva-karmā mahātmā, sadā janānām hṛdaye sannviṣṭah.
hṛdā maīṣā manasābhiklpto, ya etad vidur amṛtās te bhavanti.
17   Tuhan itu, pencipta semua benda, atman agung, selalu bersemayam pada jantung dari semua makhluk, yang dibatasi oleh jantung, oleh fikiran, dia yang mengerti hal ini akan menjadi abadi.
-           Lihat III.13.
18.  yadā’ tamas tan na divā na rātrir na san na cāsac chiva eva kevalah,
            tad akara tat savitur vareyam, prajñā ca tasmai pratā purānī
18.  Apabila tidak ada kegelapan, itu artinya tidak ada lagi siang dan malam, tidak ada makhluk atau bukan makhluk, yang ada hanya oknum yang selamat saja. Itulah yang tidak bisa hilang, sinar yang dicintai dari Savitṛi dan kebijakan abadi abadi datang dari hal ini.
-         savitur vareṇyam: sinar tercinta dari Savitṛi, secara harfiah Savitṛi yang gemerlapan.
-         Lihat R.V.III.60.10.
-         Pensifatan dari Yang Maha Tinggi yang mengatasi kegandaan subyek dan obyek hanya akan bisa dijelaskan secara negatip (berupa penyangkalan) dan tidak akan bisa diberi batasan yang jelas dan ditunjukan.
19.  nainam ūrdhvaṁ na tiryañcaṁ na madhye na parijagrabhat
na tasya pratṁā asti yasya nāma yaśaḥ.
19   tidak diatas, tidak diseberang, tidak ditengah, tidak juga ada yang bisa menangkap Dia. Tidak ada yang seperti Dia yang namanya adalah keagungan.
20.  na sadṛśe tiṣṭhati rūpam asya, na cakuā paśyati kaś canainam.
       hdā hdistham manasā ya enam, eva vidur amtās te bhavanti.
20.    Bentuknya bukanlah untuk dilihat; tidak ada yang melihat Dia dengan mata. Mereka yang melalui hati dan fikirannya mengerti Dia sebagai yang bersemayam pada jantung, mereka akan menjadi abadi.
-         Tuhan bukanlah berdiri dalam bentuk terbatas di depan mata atau fikiran. Benda terbatas merupakan lambang yang menyebabkan kita bisa menyadari kehadiran Illahi. Ayat ini meminta pengakuan tentang Tuhan yang transendenden dan mutlak dalam hubungannya dengan dunia. Deus absconditus mengecil kedalam kejauhan ketika kita ingin melukiskannya dalam bentuk empiris; tetapi Upanisad ini menekankan aspek pribadi dari Tuhan yang transenden. Dialah Śiva kepada siapa kita berpaling dalam pujaan dan pujian.
21.  ajāta ity evaṁ kaścid bhīruḥ prapadyate.
rudra yat te dakṣinam mukhaṁ tena mām pāhi nityam.
21   “Engkau tidak dilahirkan”, dengan fikiran ini seseorang dalam ketakutan mendekati engkau. O, Rudra, semoga mukamu yang welas asih melindungi hamba selama-lamanya.
-           Sikap bhakti dibawa dalam ayat ini.
22.  mā nas toke tanaye mā na āyusi, mā no gou mā no aśveu rīria.
            vīrān mā no rudra bhāmito’ vadhīr havimanta sadam it tvā havāmahe.
22.    Rudra, janganlah sakiti kami, anakku atau cucuku, janganlah sakiti hamba selama hidupku, janganlah sakiti hamba dalam ternakku, janganlah sakiti hamba dala kudaku. Janganlah dibunuh pahlawan kami dalam kemarahanmu sebab kami selalu datang kepadamu dengan persembahan perjamuan.
-         Lihat R.V.114.8.

BAB V
TUHAN YANG ESA DAN IMMANENT
1.        dve akṣare brahma-pare tv anante, vidyā’ vidaye nihite yatra gūdhe
kṣaraṁ tv avidyā hy amṛtaṁ tu vidyā, vidyāvidye īśate yas tu so’yaḥ.
1.        Dalam Brahman yang kekal Yang Maha Tinggi, tiada terbatas dan abadi terdapat dua hal yaitu pengetahuan dan kebodohan, yang letaknya tersembunyi. Pengetahuan adalah abadi sedangkan kebodohan,yang letaknya tersembunyi. Pengetahuan adalah abadi sedangkan kebodohan tidak, dan Dia yang mengendalikan pengetahuan dan kebodohan adalah yang lain (berbeda dengan yang lainnya).
-          Dalam kata pengantar dari bab ini, Śaṁkarānanda mengamati bahwa bab ini banyak membicarakan mengenai ‘ITU’ dari naskah tatvamasi, walaupun kedua-duanya dibicarakan dalam bab III lebih-lebih lagi sifat dari ‘engkau’. Tat-tvam-pādārthau tṛtīye ‘dhyāye nirūpitau yady api tathāpi tvam-padārtho nātyantam nirū-pitaḥ; tad artham ayam pañcamo ‘dhyāyā ārabhyate.
-          brahmapare: hiranyagarbhāt pare atau parasmin brahmaṇi. Ś.
-          gūdhe:tersembunyi. Lokair jñātum aśakye. Śaṁkarānanda.
-          ksaram: dapat musnah. Ini adalah penyebab keterikatan, samsṛti kāranaṁ, sedang vidyā adalah penyebab mokṣa, mokṣa-hetuḥ. Ś.
-          anyaḥ: yang lain. Itat sākṣitvāt, hanya sebagai saksi. Ś.
-          Yang satu dan jamak semua ada pada Yang Maha Tinggi. Pengetahuan tentang Yang Tunggal adalah vidyā; pengetahuan tentang yang jamak yang terlepas dari Yang Tunggal adalah avidyā.
2.      yo yonim yonim adhitiṣṭhaty eko viśvāni rūpāni yonīś ca sarvāḥ
rṣim prasutaṁ kapilaṁ yas tam agre jñānair bibharti jāyamānaṁ ca paśyet.
2     Dia, yang tunggal, memerintah atas setiap sumber, atas semua bentuk dan atas semua sumber, Dia yang melahirkan pada fikiranNya dan lihatlah ketika terlahir, orang suci merah menyala, yang pada permulaannya dibuahi.
-      Kebijakan lebih dahulu dari jawa alam semesta.
-      kapilam: hiraya-garbham. Lihat IV.12.VI.1-2.
       Maksudnya bukan Rsi Kapila, penemu dari falsafah Śakhya Yang Maha Tinggi dilukiskan memperhatikan Hiraya-garbha ketika sedang terlahir. Dialah yang pertama diciptakan Tuhan dan olehNya dianugrahi semua kekuatan. III.4. Hiraya-grabha atau Brahmā, pencipta, adalah perantara antara Tuhan Yang Maha Tinggi dan dunia. Dia adalah jiwa alam semesta.
       Lihat IV.12;VI.18.
-         jñānaiḥ: dengan fikiran-fikiranNya. Lihat catatan IV.18.
3.      ekaikaṁ jālam bahudhā vikurvan, asmin kṣetre samharaty eṣa devaḥ.
bhūyaḥ sṛṣṭvā patayas tatheśas arvādhipatyaṁ kurute mahātmā.
3     Tuhan itu, yang, sesudah merentangkan jala satu persatu dengan berbagai jalan, mengumpulkannya pada lapangan itu, penguasa setelah menciptakan lagi penguasa-penguasa, atman yang agung, menggunakan kekuasaannya atas semua.
-      ekaikam: pratyekam, untuk setiap makhluk, seperti dewata, manusia, binatang-binatang dan lain-lain.
-      jālam: jala, sasāra.
-      asmin ketre: pada lapangan itu, di dunia.
-      Yasmin, bacaan lain, asmin, yatayah, bacaan lain untuk patayah.
4.    sarvā diśah ūrdhvam adhaś ca tiryak, prakāśayan bhrājate yadv anadvān.
       Evām sa devo bhagavān vareyo yoni-svabhāvān adhitishaty eka.
4.      Seperti matahari, menyinari semua daerah-daerah, di atas, di bawah, di seberang, bersinar. Demikian juga Tuhan Yang Maha Esa, agung, dicintai, memerintah atas semua makhluk yang terlahir dari kandungan.
-         Lihat IV.11.V.2.
-         yoni-svabhāvān: makhluk apa saja yang terlahir dari kandungan Ś. Mengartikan hal ini sebagai sumber dari keberadaan dunia, seperti unsur-unsur bumi dan lain-lain.
-         yoniḥ kāraṇaṁ kṛtsnasya jagataḥ svabhāvān svātmabhūtām pṛthivyādīn bhāvān atau kāraṇa-svabhāvān kāraṇa-bhūtān pṛthivyādīn. Ś.
-         Yang sering disebut sebagai penyebab dari dunia ini pada dirinya bukankah sebenarnya penyebab dari dalam dirinya. dia bekerja hanya karena Tuhan bekerja melalui dia.
5.      Yac ca svabhavam pacati viśnayoniḥ, pācyāmś ca sarvān paribānayed yaḥ
sarvam etad viśvam adhitiṣṭhaty eko gunān ca sarvān viniyojayed yaḥ.
5     Sumber semuanya, yang mengembangkan sifatnya sendiri, yang menjadi masak semua yang bisa masak, yang membagi-bagikan semua sifat-sifat, Dialah yang satu yang memerintah seluruh alam semesta ini.
6.    tad veda-guhyopaniatsu gūḍham, tad brahmā vedate brahma-yonim
       ye pūrva devā ṛṣayaś ca tad viduh, te tanmayā amtā vai babhīvu.
6.           Itu yang tersembunyi pada Upaniṣad-upaniṣad, yang tersembunyi pada Veda-veda, Brahman mengerti hal itu sebagai sumber dari Veda-veda. Dewata dan para Rsi, yang mengerti akan hal itu dan sesungguhnya menjadi abadi.
-       veda-guhyopaniṣat: Veda ditafsirkan sebagai bagian dari yajna yang nengajarkan yajna-yajna dan imbalan-imbalannya, karma-kāṇḍa; guhya, bagian āraṇyaka yang mengajarkan pemujaan Brahman dalam berbagai aspekya, yoga-kāṇḍa dan Upanisad ini, yang mengajarkan pengetahuan tentang Brahman, yang tidak berbeda jñāna-kāṇḍa.
Ini adalah pendapat Vijñāna-bhiksu.
-       brahma-yoni: sumber dari veda atau sumber dari Hiraṇya-garbha
-       pūrve-devāḥ adalah bacaan yang lain dari pūrvam devāḥ, dewata jaman dahulu.
-       tanmaya, dari sifatnya, tad ātma-bhūtaḥ. Ś.

JIWA PERSEORANGAN
7.      guṇānvayo yaḥ phala-karma-kartā kṛtasya tasyai va sa copabhoktā
sa viśva-rūpas tri-gunas tri-vartmā prānādhipas saṁcarati sva-karmabhiḥ.
7   Tetapi dia yang mempunyai sifat-sifat dan adalah pelaku dari perbuatan-perbuatan yang menghasilkan buah (yaitu membawa imbalan), dia adalah pemikat, tentu saja dari akibat dari apa yang telah dia lakukan. Mengambil bentuk apa saja, ditafsirkan oleh triguna menelusuri tiga jalur, dia, penguasa dari nafas vital, (jiwa perseorangan), berkelana ke segala arah sesuai dengan perbuatan-perbuatannya.
-           tri-gua: sattva, rajas dan tamas.
-           tri-vartma: lihat I.4. jalan-jalan dharma, adharma dan jñāna atau deva-yāna dan manusya-yāna. Ś
-           Sedang enam ayat pertama membicarakan tentang “ITU” (tat) atau Yang Maha Tinggi, tentang “ENGKAU” (tvam), jiwa perseorangan mulai dibicarakan dari sini.
8.  aguṣṭha-mātro ravi-tulya-rūpas sakalpāhakārasamanvitc ya
     Buddher guenātma-guena caiva ārāgra-mātro hy aparo’pi dṛṣṭa.
8.      Beliau berukuran sebesar jempol, dengan penampilan seperti matahari, diberi fikiran dan eg, tetapi hanya dengan sifat-sifat akal buddhi, dan atman dia sepertinya berukuran sebesar ujung tongkat.
-         apara, dibaca juga avara.
-         ātma-guṇena: dari sifat-sifat tubuh, seperti umur tua dan lain-lain. Ś.
9.      vālāgra-śata-bhāgasya śatadhā kalpitasya ca
bhāgo jīvas sa vijñeyas sa cānantyāya kalpate.
9   Atman yang hidup ini supaya diketahui besarnya seperseratus bagian dari sehelai rambut yang sudah dibagi seratus, tetapi dia juga dapat bersifat tidak terbatas.
-           atman perseorangan mempunyai potensi tidak terbatas.
10.  naiva strī na pumān ea na caivāya napusaka
              yad yac charīram ādatte tena tena sa rakyate
10.       Dia bukan betina, bukan jantan dan bukan pula netral. Tubuh yang bagaimanapun diambilnya maka seperti itulah bentuknya.
-         rakṣyate: saṁrakṣyate, tat tad dharmān ātmany adhyasyābhimanyate. Ś.
-         Bacaan yang lain adalah yujyate atau ditemani. sambadyate.
-         Jiwa yang hidup, jīva adalah vijñānātman. Ś.
11.  saṁkalpana-sparśana-dṛṣti-mohair grāsāmbu-vrṣṭy-ātmā vivṛddhi-janma
karmānugāny anukrameṇa dehī stāneṣu rūpāny abhi samprapadyate.
11 Dengan jalan berfikir, meraba, pengelihatan dan nafsu, dengan makanan dan minuman yang melimpahkan kemudian terjadilah kelahiran dan perkembangan dari atman (yang mempunyai tubuh). Sesuai dengan perbuatan-perbuatannya atman yang bertubuh ini akan berturut-turut mengambil bentuk dalam berbagai keadaan-keadaan.
-    mohai: v. homai, dengan yajna.
12.  sthūlāni sūki bahūni caiva, rūi dehī sva-guair vṛṇoti
       Kriyā-guair ātma-guaiś ca teām samyoga-hetur aparo’pi dṛṣṭa.
12.       Atman yang bertubuh sesuai dengan kwalitasnya sendiri, memilih berbagai bentuk, kasar dan halus. Sesudah menjadikan dirinya penyebab dari persatuannya dengan mereka, melalui kwalitas dari tubuhnya, dia dilihat sebagai yang lain.

PEMBEBASAN MELALUI PENGETAHUAN TENTANG
TUHAN YANG ESA
13.  anādy anantaṁ kalilasya madhye viśvasya sraṣṭāram aneka-ṛupam
viśvasyaikam pariveṣṭitāraṁ jñātvā devam mucyate sarva-pāśaiḥ.
13   Dia yang tanpa permulaan dan tanpa akhir, ditengah-tengah kekacauan, pencipta semuanya, dalam bentuk yang jamak, yang sendiri memeluk alam semesta, dia yang mengerti Tuhan akan dibebaskan dari semua keterikatan.
-      Lihat IV.14.
-      kalilasya: gahana-gabhīra-samsārasya. Ś. keajaiban dan misteri dari proses kosmis ditekankan.
-      devam: jyotī-rūpam paramātmānam. Ś. yang bersifat sinar, Atman Maha Tinggi.
-      sarva-pāśai: avidyā-kāma-karmabhih.Ś. ikatan-ikatan kebodohan dan akibat-akibat dari nafsu dan perbuatan.
14.  bhāva-grāhyam anīdākhyam, bhāvābhāva-kara śivam.
       kalā-sarga-kara devam, ye vidus te jahus tanum.
14.       Dia yang semestinya ditangkap oleh pikiran, yang disebut rohani, yang menciptakan keberadaan dan tiada keberadaan, yang baik, pembuat dari penciptaan dan bagian-bagiannya, Illahi, mereka yang mengerti Dia, telah meninggalkan tubuh mereka.
-          anīḍākhyam: Śaṁkarānanda membacanya anilākhyam, yang disebut udara sebagai nafasnya nafas, prāṇasya prāṇam.
-          nīda: tubuh; anīḍa: tidak mempunyai tubuh.
-          kalā: Ś. menerangkan ini sebagai ke 16 kalās, mulai dari prāna atau yang hidup dan berakhir dengan nāma, Praśna IV.4. Vijñāna-bhikṣu mengartikan hal ini sebagai ‘kekuatan yang inherent’, dia yang mencipta dengan kekuatan yang inherent.
-          Veda-veda dan ilmu-ilmu yang lain disebut kalās.
BAB VI
TUHAN YANG ESA DAN IMANEN PADA DAN
TRASENDEN KEPADA PROSES KOSMIS
1.      svabhāvam eke kavayo vadanti, kālaṁ tathanye parimuhya mānāḥ,
devasyaisa mahimā tu loke yenedam bhrāmyate brahmacakrām.
1        Karena ilusi, beberapa orang bijak berbicara menganai sifat kesatu paduan, yang lain berbicara mengenai waktu (sebagai penyebab pokok), tetapi sebenarnya ini adalah kebesaran Tuhan di dunia ini, dengan apa roda Brahma dibuat berputar.
-         Lihat I.2.
-         Proses kosmis biasanya disamakan dengan roda yang berputar. Dia bergerak terus karena kebesaran Tuhan. Ini adalah “bayangan yang bergerak dari yang abadi”. Pada bendera nasional India, roda ditempatkan pada latar belakang putih. roda dilukiskan berwarna biru, gagana-sadṛśam, megha-varṅam, yang ditempatkan pada latar belakang putih, yang merupakan diatas segala warna, gemerlapan yang abadi.
2.    yenāvṛtaṁ nityam idaṁ hi sarvaṁ; jñaḥ kālakāro gunī sarvavid yaḥ
teneśitaṁ karma vivartate ha, prthvyāpya-tejo’ nila-khāni cintyam.
2      Dia oleh siapa di dunia ini seterusnya diliput, yang mengerti, pencipta waktu, pemilik sifat-sifat dan semua pengetahuan. Dikendalikan oleh Dia, pekerjaan penciptaan ini, memperlihatkan dirinya sendiri, yaitu yang dianggap sebagai bumi, air, api, udara dan angkasa.
-         kālakāro: pencipta waktu; kālasyāpi kartā: v. adalah kālakālo, penghancur waktu. kālasya niyantā, upahartā. kalaḥ sarvavināśkārī, tasyāpi vināśakaraḥ.
-         Lihat juga VI.16.
-         (yang mengerti) semua ilmu pengetahuan: sarvavid yaḥ atau sarva-vidyaḥ.
3.    tat karma kṛtvā vinivartya bhūyaḥ, tatvasya tattvena sametya yogam
ekena dvābhyām tribhir vā, kālena caivātmaguṇaiś ca sūkṣmaiḥ.
3      Setelah menciptakan dunia ini da beristirahat lagi, setelah masuk dan bertemu dengan inti dari atman, dengan satu, dengan dua tiga atau delapan atau dengan waktu juga dan sifat yang halus dari atman.
-         satu:purusa dari falsafag Sāṁkhya.
-         dua: purusa dan prakrti.
-         tiga:triguṅa, sattva, raja, tama.
-         delapan: lima unsur kosmis, dan manas, (fikiran), akal buddhi dan ahaṁ-kāra (ego). Lihat B.G.VII.4.
-         ātma-guṇaiḥ: kecendrungan daripada fikiran, cinta, marah dan lain-lain. antaḥ-karaṇa-guṇaiḥ kāmadibhiḥ.Ś.
4.    ārabhya karmāṇi guṇānvitāni, bhāvān ca sarvān viniyojayed yaḥ.
teṣām abhāve kṛta-karma-nāśaḥ karma-kṣaye yāti sa tattvato’ nyaḥ.
4      Siapaka, ketika mulai dengan pekerjaan-pekerjaannya yang berhubungan dengan triguna, membagikan semua keberadaan. Pada keadaan tidak hadirnya guna ini, ada penghancuran daripada pekerjaan dia melanjutkan, sesungguhnya, yang lain dan berbeda dari apa yang sudah dia hasilkan.
-         Menurut Ś. ayat ini menceritakan kepada kita bahwa apabila kita membaktikan semua pekerjaan kita kepada Iśvara, maka kita tidak akan dipengaruhi oleh hukum karma, “Orang itu pekerjaannya telah dihancurkan dan sifatnya disucikan, terus bergerak, berbeda dari semua benda-benda, dari semua buah kebodohan, mengetahui dirinya menjadi Brahman”.
-         viniyojayed: iśvara samarpayet teṣām iśvara samarpitattvād ātma-sambandhāthāvas tad-abhāve pūrve-kṛta-karmaṅam nāsah karma kṣaye viśuddha-sattvo yāti. Ś.
-         anyaḥ v. anyat. Dia pergi kepada Brahman yang berbeda dari apa saja yang ada, tattvebhyo yad anyad brahma tad yāti. Ś.
-         ayat ini bisa ditafsirkan lain: (1). Tuhan melewati beberapa keadaan tetapimengetahui diriNya berada diatas semuanya; (2). Bila kita mengerjakan pekerjaan bukan untuk kepentingan sendiri tetapi untuk menyenangakn Tuhan, pekerjaan kita tidak akan mengikat kita lagi dan kita menjadi merdeka. Śaṁkarānanda dan Vijñāna-bhikṣu mengikuti penafsiran kedua.
5.    adis sa samyoga-nimitta-hetuḥ paras trikālād akalo’ pi dṛṣtaḥ
taṁ viśva-rūpam bhava-bhūtam īdyam devaṁ sva-cittastham upāsya pūrvam.
5      Dia adalah permulaan, sumber daripada penyebab-penyebab yang mempersatukan jiwa dengan tubuh. Dia harus dilihat dari luar dari ketiga waktu (yang lalu, sekarang dan yang akan datang) dan yang tidak mempunyai bagian-bagian; setelah pertama-tama menyembah Tuhan yang mempunyai banyak bentuk, asal semua makhluk, yang bersemayam pada fikiran setiap orang.
-         Sumber daripada penyebab-penyebab yang mempersatukan: bandingkan dengan: samyoga-liṅgodbhavam trailokyam. M.B.XII.819.
-         akalah:tanpa bagian-bagian, trans-empiris, nis-prapañcaḥ. Ś.
-         upāsya-pūrvam: pertama menyembah. Penyembahan adalah permulaan dari pengetahuan.
-         Viśva-rūpam: yang mempunyai bentuk banyak. Tuhan mengambil rupa yang para penyembah memberikan kepadaNya.
-         upāsakaiḥ yad yat rūpam upāsyate tat-tad-rūpa-dhāriṇam
6.    sa vṛkṣa-kālākṛtibhiḥ paro’nyo yasmāt prapañcaḥ parivartate’ yam
dharmāvaham pāpanudam bhageśaṁ jñatvātmastham amṛtaṁ viśva-dhāma.
6      Lebih tinggi dan lain daripada bentuk-bentuk pohon dunia dan waktu adalah dia, dari siapapun ini berputar, yang membawa kebaikan dan menghilangkan kejahatan, penguasa dari kemakmuran, setelah Dia pergi sebagai yang berada pada atman sendiri, yang abadi, penopang semuanya, dia akan mencapai Brahman.
-         vṛkṣa: pohon. Lihat Kaṭha VI.1.
-         dharmāvaham: dharma adalah kekuatan yang bersinar dari Tuhan Penyelamat, yang terwujud pada jiwa manusia. Lihat R.V.I.164.
-         Śiva adalah pembawa dharma, dharmāvaha.
7.    tam īśvarānām paramam maheśvaram, taṁ devatānām paramaṁ ca daivatam
patin patīnām paramaṁ parastāt, vidāma devam bhuvaneśam īḍyam.
7      Dia, yang adalah Penguasa Maha Tinggi dari penguasa-penguasa, yang adalah dewata Maha Tinggi diantara dewata, majikan tertinggi dari majikan-majikan, mengatasi, dia yang hendaknya kita ketahui sebagai Tuhan, penguasa dunia, yang dicintai.
8.    na tasya kāryaṁ karaṇaṁ ca vidyate, na tat samaś cāpy adhikaś ca drśyate
parāsya śaktir vividhaiva śruyate svābhāvikījñāna-balakriyā ca.
8      Tidak ada tindakan atau alat-alat tubuhnya yang diketahui. Tidak ada yang sama atau lebih baik. Kekuatannya yang maha tinggi ditunjukan dalam berbagai hal. Pekerjaan-pekerjaan dari kecerdasannya dan kekuatannya adalah bersatu pada dalam dirinya.
9.    na tasya kaścit patir asti loke, na ceśitā naiva ca tasya lingam,
na kāraṇam karanādhipadhipo na cāsya kaścij janitā na cādhipaḥ.
9      Untuk dia tidak ada majikan dari dunia ini, tidak ada penguasa tidak ada juga tanda-tanda dari Dia. Dia adalah penyebab, penguasa dari penguasa-penguasa alat-alat indria; untuk dia tidak ada nenek moyang atau penguasa.
-         liṅga.: tanda, dari mana kita bisa membuktikan Tuhan, sebagai api dari asap. Dhūma-sthānīyam yenānumīyeta. Ś.
-         janitā: nenek moyang, janayitā. Ś.
10.     yas tantunābha iva tantubhiḥ pradhānajaiḥ
svabhāvataḥ deva ekaḥ svam āvṛṇot, sa no dadhād brahmāpyayam.
10       Tuhan Yang Esa, yang menutupi sifatnya, menutup dirinya, seperti laba-laba dengan jalanya yang dihasilkan dari pradhāna (benda yang tidak terwujud), semoga Dia mengijinkan kita untuk masuk kedalam Brahman.
-          brahmāpyayam: masuk ke dalam Brahman, ekī-bhāvam. Ś.
-          yathorṇanābhir ātma-prabhavais tantubhir ātmānameva samāvṛṇoti, tathā pradhānajair avyakta-prabhavair nāma-rūpa-karmabhis tantus-thānīyaiḥ svam ātmānam āvṛṇot. Ś.
-          sebagai laba-laba yang menutupi dirinya dengan jala yang dibuatnya sendiri, demikian pulalah Tuhan Yang Esa menutup diriNya dengan hasil-hasil prakṛti.
11.     Eko devas sarva-bhūteṣu gūḍhas sarva-bhūtān-tar-ātmā
karmādhyakṣas sarva-bhūtādhivāsas sākṣī cetā kevalo nirguṇaś ca.
11       Tuhan Yang Esa yang tersembunyi pada setiap makhluk, ada dimana-mana, atman dari semua makhluk, pemerintah dari semua tindakan-tindakan, yang bersemayam disemua makhluk, saksi, yang mengerti, yang satu, yang tidak punya sifat.
12.     eko vaśī niṣkriyāṇām bahūnām ekam bījam bahudhā yaḥ karoti
tam ātmastham ye’ nupaśyanti dhīrās teṣāṁ sukhaṁ śāś-vatam netareṣāṁ.
12       Yang satu pengendali yang banyak, tidak aktip, yang membuat satu bibit menjadi jamak. Yang akrif, yang mengerti Dia, yang bersemayam pada atman, kepada merekalah diberikan kebahagiaan abadi dan bukan kepada yang lain.
-          Lihat Kaṭha II.2.12.
-          niskriyānām: tidak aktip. Ś. menerangkan bahwa perbuatan-perbuatan dari makhluk hidup adalah karena tersentuh oleh mereka. sarvā hi kriyā nātmani samavetāḥ kiṁ tu dehendriyeṣu, ātmā tu niṣ-kriyo nirguṇaḥ. Ś.
-          Lihat B.G.III.20.
13.     nityo nityānāṁ cetanas cetanānām eko bahūnāṁ yo vidadhāti kāmān
tat kāraṇaṁ sāṁkhya-yogādhigamyaṁ jñātvā devam mucyate sarva-pāśaiḥ.
13       Dia adalah yang abadi diantara mereka yang abadi, yang berbuddhi diantara yang berbuddhi, yang satu diantara yang banyak, yang mengabulkan keinginan-keinginan. Penyebab itu yang meski dikenal dengan pembedaan (menurut Sāṁkhya) dan mengendalikan diri (yoga) dengan mengenal Tuhan seseorang akan terbebas dari semua belenggu.
-          Lihat Kaṭha II.2.13.
nityo nityānām: yang abadi diantara yang abadi. Jiwa yang hidup adalah abadi dan Dia adalah diantara mereka atau abadi ini mungkin diartikan untuk unsur-unsur bumi, air, dan lain-lain. jīvānām madhye....adhavā pṛthivyādīnām madhye. Ś.
14.     na tatra sūryo bhāti na candra-tārakam, nema vidyuto bhānti kuto’yam agniḥ
tam eva bhāntam anubhāti sarvam, tasya bhāsā sarvam edaṁ vibhāti.
14       matahari tidaklah bersinar disana, tidak pula bulan dan bintang-bintang, tidak juga kilat dan pasti juga tidak ada api. Sesudah Dia, ketika Dia bersinar, setiap benda bersinar, dengan sinarNya semua diterangi.
-          Lihat Kaṭha II.2.15; M.U.II.2.10; B.G.XV.6.
15.     eko haṁso bhuvanasyāsya madhye, sa evāgnis salile sanviṣṭaḥ
tam eva viditvātimṛtyum eti, nānyaḥ panthā vidyate’ yanāya.
15       satu-satunya burung angsa (haṁsa) di tengah dunia ini. Inilah sesungguhnya apai yang telah memasuki lautan. Hanya dengan mengerti Dialah seseorang mengatasi kematian. Tidak ada jalan lain untuk menuju ketempat itu.
-          haṁsa: burung angsa, atman tertinggi yang menghancurkan sumber keterikatan, kebodohan dan lain-lain, hanti avidyādibandha-kāraṇam iti haṁsaḥ.
16.     sa viśva-kṛd viṣva-ṿid ātma-yonir jñaḥ kālā-kāro guṇī sarvavidyaḥ
pradhāna-kṣetrajña-patiḥ guṇeśaḥ saṁsāra-mokṣa-sthiti-bandha-hetuḥ.
16       Dia adalah pencipta semua, yang mengerti semua, penyebab sendiri, yang mengerti, pencipta waktu, pemilik sifat-sifat, yang mengetahui segalanya, penguasa alam dan jiwa, penguasa sifat-sifat, penyebab keberadaan duniawi dan pembebasan, kelanjutan dan keterikatan.
-          ātma-yoniḥ: penyebab sendiri, ātmā cāsau yoniś cet ātma-yoniḥ.Ś.
-          ātmānam yoniḥ, ātma-yoniḥ: sumber semua atman.
-          kāla-kāro: pencipta waktu. Lihat VI.2.21.
-          pradhāna: avyaktam, alam
-          ksetrajña: vijñānātmā, jiwa.
-          Yang Maha Tinggi mengikat, mempertahankan dan menghancurkan keberadaan duniawi.
17.     sa tanmayo hy amṛta īśa-saṁstho jñas sarvago bhuvana syāsya goptā
ya īśe asya jagato nityam evā-nānyo hetur vidyate īśa-nāya.
17       Menjadi seperti hal itu, abadi, keberadaan seperti penguasa, yang mengerti, yang maha tahu, penjaga dunia ini adalah Dia yang memerintah dunia ini selamanya, sebab tiada ditemukan penyebab lain untuk memerintah.
-          īśa-saṁsthaḥ: keberadaan seperti penguasa. Īśe svāmini samyak sthitiḥ yasyāsau īśa-saṁsthaḥ
-          Tiada yang lain yang bisa memerintah dunia. nānyo hetuḥ samartho vidyate.Ś.
18.     yo  brahmāṇaṁ vidadhāti pūrvam, yo vai vedāṁś ca prahiṇoti tasmai
taṁ ha devam atma-buddhi-prakāśam mumukṣur vai śaraṇam aham prapadye.
18       Kepada Dia, yang dahulu kala menciptakan Brahmā dan yang menyerahka Veda kepadanya, kepada Tuhan itu yang diterangi oleh buddhiNya, aku sendiri, yang sangat menginginkan pembebasan menyerahkan diri.
-          ātma-buddhi-prakāśam: Śamkarānanda menjelaskan sebagai sva-buddhi-sākṣiṇam, yang berupa sinar atau saksi dari pengetahuan atman.
-          Ini bisa diturunkan menjadi dua: (1). ātmaiva buddhir ātma-buddhiḥ saiva prakāśo’ syety ātma-buddhi-prakāśam. (2). ātma-buddhim prakāśayatīty ātma-buddhi-prakāśam. Ś.
-          V. ātma-buddhi-prasādam. ātmani yā buddhis tasyāḥ prasādakaram. Ś, dia yang melalui anugrahnya sendiri mewujudkan dirinya.
19.     niṣkalaṁ niṣkriyaṁ śantaṁ niravadyaṁ nirañjanam,
amṛtasya paraṁ setuṁ dagdhendhanam ivānalam.
19       Kepada dia yang tanpa bagian, tanpa kegiatan, tenang, tidak bisa didekati, tanpa cacat, jembatan yang Maha Tinggi kearah keabadian, seperti api yang dengan minyaknya terbakar.
-          nirañjanam: nirlepam, tanpa cacat.
20.     yadā carmavad ākāśam veṣṭyisyanti manānvāḥ.
tadā devam avijñāya ḍuḥkhasyānto bhaviṣyati.
20       Ketika orang-orang menggulung angkasa seolah-olah angkasa ini hanya selembar kulit, maka akan ada akhir dari kesengsaraan, selain daripada mengerti Tuhan.
-          Menggulung angkasa seperti selembar kulit adalah hal yang mustahil, tetapi ketika kemustahilan itu menjadi mungkin, maka pada saat itulah kesengsaraan sirna, bahkan tanpa mengerti Tuhan. Tidak ada jalan lain untuk menghilangkan kesengsaraan selain pengetahuan tentang Tuhan.
-          devam: v. śivam.
21.     tapaḥ-prabhāvād deva-prasādāc ca, brahmā ha śvetāsvataro’ tha vidvān
atyāśramibhyaḥ paramam pravitram, provāca samyag ṛsi-saṁgha-juṣṭām.
21       Dengan kekuatan tapa dan anugrah Tuhan, Svetāśvatara yang arifmdengan sikap yang patut, berbicara tentang Brahman, Yang Maha Tinggi, suci, kepada para pertapa yang berpengetahuan luas, yang menyenangkan pertemuan orang-orang suci ini.
-          Dengan kekuatan tapa dan anugerah Tuhan: anugrah Tuhan bukanlah menunda kekuatan-kekuatan jiwa melainkan memulihkannya kepada kegiatan yang paling tinggi. Yang gaib lebih mengintensifkan yang alamiah. Tidak ada hal yang bersifat sulap yang mencampuri kehidupan manusia. Kita adala manusia dan bukan benda. Kebebasan kita tidak dapa dihancurkan oleh anugrah sorgawi. Dengan perbuatannya yang bebas manusia membuat cita-citanya yang dia kejar.
Baron Von Hugel mengutip dari Tractatus de Gratia et Libero Arbitrio, karangan St, Bernard, 6.6.XIV.47: “Sesuatu yang dimulai dari anugrah akan bisa didapat oleh kedua-duanya baik oleh anugrah maupun oleh Kehendak Yang Bebas dan karena itu bekerja bersama-sama dan tidak sendiri-sendiri, bersama-sama dan bukan bergantian, pada setiap tahap dari seluruh proses. Tindakan-tindakan itu bukanlah sebagian anugrah dan sebagian Kehendak Yang Bebas; tetapi keseluruhannya dari kedua-duanya adalah dipengaruhi oleh kegiatan yang tidak terbagi”. ‘The Mysticai Element of Religion, Jilid I.h.69.ff.
-          Pertapa yang berpengetahuan luas: paramahamsa-saṁnyāsinas ta evātyāśramiṇaḥ. Ś. yang tertinggi dari empat tingkatan pertapa.
Bd. caturvidhā bhikṣavaś ca bahūdakau kuṭīcakau
      hamsaḥ paramahaṁsaś ca yo yaḥ paścāt sa uttamah.
22.     vedānte paramaṁ gulyam purākalpe pracodutam
nāpraśāntāya dātavyam nāputrāyāśisyāya vā punaḥ.
22       Keajaiban tertinggi dari Vedānta yang sudah di umumkan dalam jaman yang lalu, tidak boleh diberikan kepada seseorang yang nafsunya belum terkendali dan juga tidak boleh kepada seseorang yang bukan anak atau murid.
-          Lihat B.U.VI.3.12; Maitri VI.29.
-          praśāntāya, prakarṣena śāntaṁ sakala-rāgādi-mala-rahitaṁ cittam yasya tasmai putrāya tādṛśa śiṣyāya vā dātavyam, tad viparītāya putrāya śiṣyāya vā snehādinā brahmavidyā na vaktanyā. Ś.
-          ini tidak pantas diajarkan kepada yang bukan anak atau murid, apabila nafsu-nafsunya belum terkendali.
23.     yasya deve parā bhaktir yathā deve tathā gurau,
tasyaite kathatā hy arthaḥ, prakāśante mahātmanaḥ, prakāśante mahātmanaḥ.
23       Pembucaraan mengenai hal ini, yang sudah diumumkan bersinar ke segala arah, kepada dia yang memiliki jiwa-tinggi, yang memiliki bakti terbesar kepada Tuhan, dan kepada guru-rohaninya seperti kepada Tuhan. Ya, dia bersinar ke segala arah kepada dia yang memiliki jiwa-tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar