BAB IV
TUHAN YANG SATU DALAM DUNIA YANG JAMAK
1.
ya eko’varno bahudhāb śakti-yogād varnān anekāh
nihitārtho dadhāti.
vicaiti ca’nte viśvam ādau sa devah sa no buddhyā śubhayā
sanyunaktu.
1.
Dia yang satu, yang
tanpa warna, dengan mempergunakan, kekuatan yang berlipat ganda membagi-bagikan
warna didalam tujuannya yang tersembunyi dan kepada siapa pada mulanya dan pada
akhirnya alam semesta dikumpulkan, semoga Dia memberikan pengertian yang jelas
kepada kita.
-
Avarnah : tanpa
tujuan. nirviśeṣah. Ś.
-
Nihitārthah: dalam
yujuannya yang tersembunyi tanpa suatu motif atau keinginan pribadi. Agrhīta-prayojanah, svārthanirapekṣah.
-
Ante : pada
akhirnya. V. śānte. Alam adalah tidak
aktif, tidak terwujud sebelum penciptaannya.
2.
tad evā’ gnis tad ādityas tad vāyus tad u candramāh tad
eva śukraṁ tad brahma tad āpas tat prajāpatih.
2. Itu
sesungguhnya adalah Agni (api), itulah Āditya (matahari), itulah Vāyu (angin), dan itulah bulan. Itu sesungguhnya adalah yang
murni. Itulah Brahmā. Itulah air. Itulah Prajā-pati (pencipta).
- Lihat Vājasaneyi Samhita
XXXII.1.
- Ayat ini ada
pada Mahānārayana U.
Sebagai berikut :
yad ekam avyaktam aṅanta-rūpam viśvam purānam tamasaḥ parastāt
tad eva ṛtaṁ tad u satyam āhus tad etad brahma paramam kavīnām
iṣṭāpūrtam bahudhān jātam jātam
jāyamānam viśvam bibharti bhuvasnasya nābhiḥ
tad evāgnis tad vāyus tat sūryas tad u candramāh
tad eva śukram amṛtam tad brahma tad āpas sa prajā-patih.
Ayat ini
menunjukkan bahwa dewata Veda yang berbeda-beda bukanlah berdiri sendiri
malainkan merupakan bentuk-bentuk dari Yang Maha Tinggi.
-
ad: itu;
alam-atman, ātma-tattvam Ś.
-
śukram: murni,
bisa juga berarti lengkung langit berbintang.
śuddham anyad
api dīptiman nakṣaatrādi.
-
Ś. Menyamakan
Brahmā dengan Hiranya-garbhātmā dan Prajā-pati virād-ātmā.
Vijñānabhikṣu mengatakan bahwa Yang Maha Tinggi melalui
kekuatan māyā menciptakan yang terwujud dan kemudian memasukinya dan kemudian
dipanggil dengan namanya masing-masing; svamāyayā
adhidaivikopādhīn samaṣṭi-rūpān sṛśtvā tesv anupraviśya agnyādityādyakhyām
labāhvā sthito ‘pīśvara evety āha.
3.
Twam strī tvam pumān asi, tvam kumāra uta vā kumātī;
tvaṁ jīrno
dandena vañcasi, tvam jāto bhavasi viṣvatomukhah.
3. Engkau adalah
perempuan. Engkau adalah lelaki. Engkau adalah pemuda dan juga anak gadis.
Engkau, sebagai orangtua, berjalan dengan tongkat. Karena terlahir engkau
menjadi menghadap pada setiap arah.
- Lihat Atharwa Veda X.8.27.
4. nīlah pataṅgo harito lohitāksas tadid-garbha ṛtavas samudrāh
Anādimat tvam vibhutvena vartase yato jātāni bhuvanāni viśvā.
4.
Engkau adalah
burung berwarna nila, engkau adalah (burung) hijau dengan mata merah. Engkau
adalah (mendung) dengan petir dalam kandungannya. Karena tanpa permulaan,
engkau berada dimana-mana. Dari (engkaulah) segala dunia-dunia ini terlahir.
-
pataṅgah : burung.
bhramarah, kumbang.Ś.
ATMAN ALAM SEMESTA DAN
JIWA PERSEORANGAN
5.
ajām akām lohita-śukla-kṛṣnām bahvīh prajāh sṛjamānaṁ
sarūpāh.
Ajo hy eko juṣamāno’
nuśete jahāty enVm bhukta-bhogām ajo’ nyah.
5. Yang satu dan tanpa dilahirkan, merah, putih
dan hitam, yang membuahkan berbagai keturunan yang sama dalam bentuk dengan
dirinya (perempuan), di sanalah terletak satu yang tidak dilahirkan (laki-laki)
dengan suka cita. Satu lagi yang tidak terlahirkan menyerahkannya sesudah
memperoleh kenikmatan.
- Lihat B.S.I.4.-8.
- lohita-śukla-kṛśnām: merah, putih dan hitam. Maksudnya mugkin api (tajas), air (ap), dan bumi (anna) atau
triguna, raja, sattva dan tama dari prakṛti.
- Satu kambing betina merah, putih, hitam pada waktunya
melahirkan beberapa anak yang seperti dirinya. Untuk warna merah, putih dan
hitam, lihat C.U.IV.4, dimana apa saja di dalam alam ini dikatakan mempunyai
hubungan dengan ketiga unsur, api yang merah, air yang putih, dan hitamnya
makanan atau bumi. Adalah urutan penciptaan ketika Yang Mutlak pertama-tama
menciptakan panas, kemudian air dan akhirnya bumi dalam bentuk makanan. V. rohita untuk lohita.
- Yang pertama yang tidak dilahirkan adalah dia yang bodoh
dan itu karena pengaruh prakṛti.
- Yang kedua yang tidak terlahirkan adalah dia yang sanggup
mengatasi kebodohannya dan karena itu terbebas dari keterikatan dengan prakṛti.
6. dvā suparnā sayujā sakhāya, samānam
vrksam pariṣasvajāte.
tayor
anyaḥ pippalaṁ svādv atty anaśnam anyo’ bhicākaśiti.
6.
Dua burung, kawan
(yang) selalu bersatu, bertengger pada pohon atman yang sama. Dari yang dua
ini, yang satu memakan buah manis dan yang satu lagi memperhatikan tanpa ikut
makan.
-
Lihat
M.U.III.1.;R.V.I.164.20; Kaṭha I.3.1.
-
Keberadaan kita
dalam waktu adalah pertemuan dari keberadaan empiris dan kenyataan yang
transeden.
-
Yang abadi dalam
diri dan yang abadi dalam aliran empiris adalah berkawan. Dunia adalah tempat
pertemuan dari dia yang abadi dan dia yang terwujud dalam waktu. Manusia sebagai
obyek yang perlu, kumpulan dari pengetahuan ilmiah adalah berbeda dari manusia
sebagai kebebasan.
7.
samāvṛkṣe puruṣo nimagno’ nīśayā śocati muhyamānah jusṭam
yadā paśyaty anyam īśam asya mahimānam iti vīta-śokah.
7 Pada pohon diri
yang sama, satu oknum yang tenggelam dalam kesedihan dunia adalah terbawa ilusi
dan bersedih atas keadaannya yang tidak berdaya. Ketika dia melihat Yang Lain,
Yang Maha Kuasa yang dipuja kebesaranNya, dia menjadi terbebas dari kesedihan.
- M.U.III.1.2.
Dalam ayat keenam, penyebab kesedihan ditelusuri yang disebabkan oleh rasa
tidak berdaya yang kita rasakan ketika kita tersesat dalam alam obyektip: dalam
ayat ketujuh bebas dari kesedihan ditelusuri sebagai akibat dari kemampuan kita
untuk keluar dari objek berpikir dan berhubungan dengan oknum nyata.
8. ṛco’ kṣare parame vyoman yasmin devā adhi viśe niseduh
yas
taṁ na veda kiṁ ṛcā kariṣyati ya it tad vidus ta
ime samāsate.
8. Untuk dia yang tidak mengerti tentang keadaan Rg. Veda yang tidak bisa dihancurkan,
dimana pada sorga yang maha tinggi dewata bersemayam, apa gunanya Rg. Veda untuk dia? Mereka sesungguhnya
yang mengerti akan hal ini, kemauannya terkabul.
-
R.V.I.164.39; Taittirīya Āranyaka II.11.6.
Samāsate: kemauannya terpenuhi. kṛtārthas
tiṣṭhanti.Ś.
-
Veda bertujuan
untuk membimbing kearah kesadaran kepada Yang Maha Tinggi. Bagi mereka yang
mempelajarinya tanpa ada disiplin ke dalam, tidak akan banyak gunanya.
9.
chandāmsi yajñāḥ kratavo vratāni, bhūtam bhavyam yac ca
vedā vadanti.
Asmān māyī sṛjate
viśvam etat tasmiṁs cānyo māyayā samniruddhah.
9 Veda-veda, yajna, upacara-upacara,
peraturan-peraturan, masa silam, masa depan dan apa yang dikatakan Veda, semua
ini pencipta menciptakannya dari yang satu ini, dan didalam hal ini yang
lainnya dibungkus oleh maya.
- yang
lainnya : jiwa perseorangan.
- Seuruhnya dunia ini bermula
dari Brahman yang abadi. Pencipta sesungguhnya adalah Īśvara, Kepribadian Tuhan, yang bertindak melalui kekuatannya
māyā-Nya, devātma-śākti.
10. māyāṁ tu prakrtiṁ viddhi, māyinaṁ tu maheśvaram,
tasyavayava-bhūtais tu vyāptaṁ sarvam idaṁ jagat.
10.
Ketahuilah kemudian
bahwa prakṛti adalah māyā, dan
pengendali māyā adalah Tuhan Yang Agung. Seluruh dunia dimasuki oleh oknum yang
merupakan bagian dari Dia.
-
Prakṛti dari Sāmkhya disamakan dengan māyā dari Vedānta. Upanisad
ini mencoba untuk menggabungkan pandangan Sāmkhya
dengan Vedānta.
-
Īśvara dan
Śakti dianggap sebagai orang tua dari
dalam semesta.
-
Bd. Ayat Berikut:
‘Hanya ketika bersatu dengan Śakti barulah kekuatan Śiva terwujud;
tetapi tanpa dia, Tuhan bahkan tidak akan bisa menggoyang.’
śivah śaktyā yukto yadi bhavati śaktah
prabhavitum:
na ced evam devo na khula kuśalah
spanditum api.
Kemudian lagi: O, Bapak dan Ibu, dunia kita ini
diciptakan oleh welas asih dari perlindunganmu, sampai kepada keadaan, dimana
dengan bantuanmu bersama, rancanganmu berdua terpenuhi dengan sendirinya.”
ubhābhyām etābhyām ubhaya-vidhim uddiśya
dayayā
sanāthābhyām jajñe janaka-jananī
maj-jagad idam.
Ānandalaharī
I.1
”Aku memikirkan tentang Ibu dari alam semesta, yang
menciptakan dunia ini yang bersifat nyata dan tidak nyata, melindungi dengan
kekuatannya sendiri dari triguna dan menarik kembali pada penutupan setiap aeon dan tetap memainkan dirinya dalam
kemanunggalannya”.
-
srṣtvākhilam jagad idaṁ sad-asad svarūpam
śaktyā svayā
trigunayā (atau tringunyā) paripāti viśvam.
saṁhṛtya
kalpa-samaye ramate tathaikā
tām
sarva-viśva-jananīm manasā smarāmi.
Devī
Bhāgavata I.2.5.
-
Selagi Yang Maha
Tinggi menciptakan seluruh alam semesta ini dengan kekuatannya māyā-Nyā, Dia
tidaklah terpengaruh oleh hal ini seperti yang lainnya.
PENGETAHUAN YANG MENYELAMATKAN
DARI TUHAN
11. yo yonim yonim
adhitiṣṭhaty eko yasmin idaṁ saṁ ca vicaiti savam.
Tam īśīnaṁ
varadaṁ devam īdyam nicāyyemāṁ śāntim atyantam eti.
11 Yang Tunggal
yang memerintah setiap sumber, didalam mana semuanya ini akan dilebur (pada
akhirnya), dia yang penguasa, pemberi anugrah, Tuhan Yang Tercinta, dengan
sungguh-sungguh mengerti Dia, seseorang akan pergi ke tempat damai selamanya.
12. yo devānām prabhavaś co’ dbhavaś ca, viśvādhipo rudro maharṣiḥ.
hiranya-garbham paśyata jāyamānam, sa ṅo buddhyā śubhayā samyunaktu.
12.
Dia yang merupakan
sumber dan asal dari para dewata penguasa semuanya, Rudra, maha Rsi, yang mengawasi
bibit emas (Hiraṇya-garbha) kitika
dia dilahirkan, semoga Dia memberikan pengertian yang jelas kepada kita.
-
Lihat III.4.
13. yo devānām
adhipo yasmin lokā adhiśritāḥ
ya īśe’ sya
dvi-padaś catuṣ-padaḥ, kasmai devāya haviṣā vidhema.
13 Dia yang
menguasai dewata dimana alam semesta berdiri, dia yang adalah penguasa dengan
dua kaki dan empat kaki, kepada Tuhan yang manakah kita semestinya memberikan
persembahan perjamuan kita?
- kasmai: kepada apa: v.tasmai: kepada Tuhan itulah kita
memberikan persembahan perjamuan kita. Lihat R.V.121.3.
14. suksmāti-sūkṣmam kalilasya madhye, viśvasya sraṣtāram aneka-rūpam
Viśvasyaikam pariveṣṭitāraṁ jñātvā śivaṁ atyantam eti.
14.
Lebih kecil dari
yang kecil, di tengah-tengah kegaduhan, pencipta semua, dengan bentuk ganda, pemeluk
apa saja, dengan mengetahui Dia sebagai yang beruntung, seseorang akan mencapai
kedamaian selamanya.
-
Lihat III.7; V.13.
15. sa eva kāle
bhuvanasya goptā, viśvādhipaḥ sarvabhūteṣu gūdhaḥ.
yasmin yuktā
brahmarṣayo devatāś ca, tam evaṁ jñātvā mṛtyu-pāśāṁś chinatti.
15 Dia
sesungguhnya adalah pelindung dunia dalam waktu, penguasa semuanya, tersembunya
pada semua benda, pada mana yang melihat Brahman
dan dewata bersatu; dengan mengerti dia, seseorang akan memotong tali-tali
kematian.
- Yang mengerti Brahman, demikian
juga dewata mengerti bahwa realita mereka ada pada Brahman.
16. ghṛtāt param maṇḍam ivātisūkṣmaṁ jñātvā śivaṁ sarva bhūtesu gūdham.
Viśvasyaikam pariveṣṭitāraṁ jñātvā devam mucyate sarvapāśaiḥ.
16. Dengan mengetahui Dia, yang beruntung, tersembunyi dalam
semua mahluk, seperti lapisan yang sangat halus yang timbul dari ghee, pemeluk seluruh alam, dengan
mengerti Tuhan seseorang dibebaskan dari belenggunya.
17. eṣa devo
viśva-karmā mahātmā, sadā janānām hṛdaye sannviṣṭah.
hṛdā maīṣā
manasābhiklpto, ya etad vidur amṛtās te bhavanti.
17 Tuhan itu,
pencipta semua benda, atman agung, selalu bersemayam pada jantung dari semua
makhluk, yang dibatasi oleh jantung, oleh fikiran, dia yang mengerti hal ini
akan menjadi abadi.
- Lihat
III.13.
18. yadā’ tamas tan na divā na rātrir na san na cāsac chiva eva
kevalah,
tad akṣaraṁ tat savitur vareṇyam, prajñā ca tasmai praṛtā purānī
18. Apabila tidak ada kegelapan, itu artinya tidak ada lagi
siang dan malam, tidak ada makhluk atau bukan makhluk, yang ada hanya oknum
yang selamat saja. Itulah yang tidak bisa hilang, sinar yang dicintai dari Savitṛi dan kebijakan abadi abadi datang
dari hal ini.
-
savitur vareṇyam: sinar
tercinta dari Savitṛi, secara harfiah
Savitṛi yang gemerlapan.
-
Lihat
R.V.III.60.10.
-
Pensifatan dari
Yang Maha Tinggi yang mengatasi kegandaan subyek dan obyek hanya akan bisa
dijelaskan secara negatip (berupa penyangkalan) dan tidak akan bisa diberi
batasan yang jelas dan ditunjukan.
19. nainam ūrdhvaṁ
na tiryañcaṁ na madhye na parijagrabhat
na tasya pratṁā
asti yasya nāma yaśaḥ.
19 tidak diatas,
tidak diseberang, tidak ditengah, tidak juga ada yang bisa menangkap Dia. Tidak
ada yang seperti Dia yang namanya adalah keagungan.
20. na saṁdṛśe tiṣṭhati rūpam asya, na cakṣuṣā paśyati kaś canainam.
hṛdā hṛdistham manasā ya enam, evaṁ vidur amṛtās te bhavanti.
20.
Bentuknya bukanlah
untuk dilihat; tidak ada yang melihat Dia dengan mata. Mereka yang melalui hati
dan fikirannya mengerti Dia sebagai yang bersemayam pada jantung, mereka akan
menjadi abadi.
-
Tuhan bukanlah
berdiri dalam bentuk terbatas di depan mata atau fikiran. Benda terbatas
merupakan lambang yang menyebabkan kita bisa menyadari kehadiran Illahi. Ayat
ini meminta pengakuan tentang Tuhan yang transendenden dan mutlak dalam
hubungannya dengan dunia. Deus
absconditus mengecil kedalam kejauhan ketika kita ingin melukiskannya dalam
bentuk empiris; tetapi Upanisad ini menekankan aspek pribadi dari Tuhan yang
transenden. Dialah Śiva kepada siapa
kita berpaling dalam pujaan dan pujian.
21. ajāta ity evaṁ
kaścid bhīruḥ prapadyate.
rudra yat te
dakṣinam mukhaṁ tena mām pāhi nityam.
21 “Engkau tidak
dilahirkan”, dengan fikiran ini seseorang dalam ketakutan mendekati engkau. O,
Rudra, semoga mukamu yang welas asih melindungi hamba selama-lamanya.
- Sikap bhakti dibawa dalam ayat ini.
22. mā nas toke tanaye mā na āyusi, mā no goṣu mā no aśveṣu rīriṣaḥ.
vīrān mā no rudra bhāmito’ vadhīr haviṣmantaḥ sadam it tvā havāmahe.
22.
Rudra, janganlah
sakiti kami, anakku atau cucuku, janganlah sakiti hamba selama hidupku,
janganlah sakiti hamba dalam ternakku, janganlah sakiti hamba dala kudaku.
Janganlah dibunuh pahlawan kami dalam kemarahanmu sebab kami selalu datang
kepadamu dengan persembahan perjamuan.
-
Lihat R.V.114.8.
BAB V
TUHAN YANG ESA DAN IMMANENT
1.
dve akṣare brahma-pare tv anante, vidyā’ vidaye nihite
yatra gūdhe
kṣaraṁ tv avidyā hy amṛtaṁ tu vidyā, vidyāvidye īśate yas
tu so’yaḥ.
1.
Dalam Brahman yang kekal Yang Maha Tinggi,
tiada terbatas dan abadi terdapat dua hal yaitu pengetahuan dan kebodohan, yang
letaknya tersembunyi. Pengetahuan adalah abadi sedangkan kebodohan,yang
letaknya tersembunyi. Pengetahuan adalah abadi sedangkan kebodohan tidak, dan
Dia yang mengendalikan pengetahuan dan kebodohan adalah yang lain (berbeda
dengan yang lainnya).
-
Dalam kata
pengantar dari bab ini, Śaṁkarānanda mengamati bahwa bab ini banyak
membicarakan mengenai ‘ITU’ dari naskah tatvamasi,
walaupun kedua-duanya dibicarakan dalam bab III lebih-lebih lagi sifat dari
‘engkau’. Tat-tvam-pādārthau tṛtīye
‘dhyāye nirūpitau yady api tathāpi tvam-padārtho nātyantam nirū-pitaḥ; tad
artham ayam pañcamo ‘dhyāyā ārabhyate.
-
brahmapare: hiranyagarbhāt pare atau parasmin brahmaṇi. Ś.
-
gūdhe:tersembunyi. Lokair jñātum aśakye. Śaṁkarānanda.
-
ksaram: dapat
musnah. Ini adalah penyebab keterikatan, samsṛti
kāranaṁ, sedang vidyā adalah
penyebab mokṣa, mokṣa-hetuḥ. Ś.
-
anyaḥ: yang
lain. Itat sākṣitvāt, hanya sebagai
saksi. Ś.
-
Yang satu dan jamak
semua ada pada Yang Maha Tinggi. Pengetahuan tentang Yang Tunggal adalah vidyā; pengetahuan tentang yang jamak
yang terlepas dari Yang Tunggal adalah avidyā.
2.
yo yonim yonim adhitiṣṭhaty eko viśvāni rūpāni yonīś ca
sarvāḥ
rṣim prasutaṁ
kapilaṁ yas tam agre jñānair bibharti jāyamānaṁ ca paśyet.
2 Dia, yang
tunggal, memerintah atas setiap sumber, atas semua bentuk dan atas semua
sumber, Dia yang melahirkan pada fikiranNya dan lihatlah ketika terlahir, orang
suci merah menyala, yang pada permulaannya dibuahi.
- Kebijakan
lebih dahulu dari jawa alam semesta.
- kapilam: hiraṇya-garbham. Lihat
IV.12.VI.1-2.
Maksudnya bukan Rsi Kapila, penemu dari falsafah Śaṁkhya Yang Maha Tinggi dilukiskan memperhatikan Hiraṇya-garbha ketika
sedang terlahir. Dialah yang pertama diciptakan Tuhan dan olehNya dianugrahi
semua kekuatan. III.4. Hiraṇya-grabha atau Brahmā, pencipta, adalah perantara antara Tuhan Yang Maha
Tinggi dan dunia. Dia adalah jiwa alam semesta.
Lihat IV.12;VI.18.
-
jñānaiḥ: dengan
fikiran-fikiranNya. Lihat catatan IV.18.
3.
ekaikaṁ jālam bahudhā vikurvan, asmin kṣetre samharaty eṣa
devaḥ.
bhūyaḥ sṛṣṭvā
patayas tatheśas arvādhipatyaṁ kurute mahātmā.
3 Tuhan itu,
yang, sesudah merentangkan jala satu persatu dengan berbagai jalan, mengumpulkannya
pada lapangan itu, penguasa setelah menciptakan lagi penguasa-penguasa, atman
yang agung, menggunakan kekuasaannya atas semua.
- ekaikam: pratyekam,
untuk setiap makhluk, seperti dewata, manusia, binatang-binatang dan lain-lain.
- jālam: jala, saṁsāra.
- asmin kṣetre: pada lapangan itu, di dunia.
- Yasmin, bacaan lain, asmin, yatayah, bacaan lain untuk patayah.
4. sarvā diśah ūrdhvam adhaś ca tiryak, prakāśayan bhrājate yadv
anadvān.
Evām sa devo
bhagavān vareṇyo yoni-svabhāvān adhitisṭhaty ekaḥ.
4.
Seperti matahari,
menyinari semua daerah-daerah, di atas, di bawah, di seberang, bersinar.
Demikian juga Tuhan Yang Maha Esa, agung, dicintai, memerintah atas semua
makhluk yang terlahir dari kandungan.
-
Lihat IV.11.V.2.
-
yoni-svabhāvān: makhluk
apa saja yang terlahir dari kandungan Ś. Mengartikan hal ini sebagai sumber
dari keberadaan dunia, seperti unsur-unsur bumi dan lain-lain.
-
yoniḥ kāraṇaṁ kṛtsnasya jagataḥ svabhāvān svātmabhūtām pṛthivyādīn
bhāvān atau kāraṇa-svabhāvān kāraṇa-bhūtān pṛthivyādīn. Ś.
-
Yang sering disebut
sebagai penyebab dari dunia ini pada dirinya bukankah sebenarnya penyebab dari
dalam dirinya. dia bekerja hanya karena Tuhan bekerja melalui dia.
5.
Yac ca svabhavam pacati viśnayoniḥ, pācyāmś ca sarvān
paribānayed yaḥ
sarvam etad
viśvam adhitiṣṭhaty eko gunān ca sarvān viniyojayed yaḥ.
5 Sumber
semuanya, yang mengembangkan sifatnya sendiri, yang menjadi masak semua yang
bisa masak, yang membagi-bagikan semua sifat-sifat, Dialah yang satu yang
memerintah seluruh alam semesta ini.
6. tad veda-guhyopaniṣatsu gūḍham, tad brahmā vedate brahma-yonim
ye pūrvaṁ devā ṛṣayaś ca tad viduh, te tanmayā amṛtā vai babhīvuḥ.
6.
Itu yang
tersembunyi pada Upaniṣad-upaniṣad, yang tersembunyi pada Veda-veda, Brahman mengerti hal itu sebagai sumber
dari Veda-veda. Dewata dan para Rsi, yang mengerti akan hal itu dan
sesungguhnya menjadi abadi.
-
veda-guhyopaniṣat: Veda ditafsirkan sebagai bagian dari yajna yang nengajarkan yajna-yajna dan
imbalan-imbalannya, karma-kāṇḍa; guhya, bagian
āraṇyaka yang mengajarkan pemujaan Brahman dalam berbagai aspekya, yoga-kāṇḍa dan Upanisad ini, yang mengajarkan pengetahuan tentang Brahman, yang tidak berbeda jñāna-kāṇḍa.
Ini adalah pendapat Vijñāna-bhiksu.
-
brahma-yoni: sumber dari veda atau sumber dari Hiraṇya-garbha
-
pūrve-devāḥ adalah
bacaan yang lain dari pūrvam devāḥ, dewata
jaman dahulu.
-
tanmaya, dari
sifatnya, tad ātma-bhūtaḥ. Ś.
JIWA
PERSEORANGAN
7.
guṇānvayo yaḥ phala-karma-kartā kṛtasya tasyai va sa
copabhoktā
sa viśva-rūpas
tri-gunas tri-vartmā prānādhipas saṁcarati sva-karmabhiḥ.
7 Tetapi dia yang mempunyai sifat-sifat dan adalah pelaku dari
perbuatan-perbuatan yang menghasilkan buah (yaitu membawa imbalan), dia adalah
pemikat, tentu saja dari akibat dari apa yang telah dia lakukan. Mengambil
bentuk apa saja, ditafsirkan oleh triguna menelusuri tiga jalur, dia, penguasa
dari nafas vital, (jiwa perseorangan),
berkelana ke segala arah sesuai dengan perbuatan-perbuatannya.
- tri-guṇaḥ: sattva, rajas dan tamas.
- tri-vartma:
lihat I.4. jalan-jalan dharma, adharma dan jñāna atau deva-yāna dan
manusya-yāna. Ś
- Sedang enam ayat pertama membicarakan tentang “ITU” (tat) atau Yang Maha Tinggi, tentang
“ENGKAU” (tvam), jiwa perseorangan
mulai dibicarakan dari sini.
8. aṅguṣṭha-mātro ravi-tulya-rūpas saṁkalpāhaṁkārasamanvitc yaḥ
Buddher guṇenātma-guṇena caiva ārāgra-mātro hy
aparo’pi dṛṣṭaḥ.
8.
Beliau berukuran
sebesar jempol, dengan penampilan seperti matahari, diberi fikiran dan eg,
tetapi hanya dengan sifat-sifat akal buddhi, dan atman dia sepertinya berukuran
sebesar ujung tongkat.
-
apara, dibaca
juga avara.
-
ātma-guṇena: dari
sifat-sifat tubuh, seperti umur tua dan lain-lain. Ś.
9.
vālāgra-śata-bhāgasya śatadhā kalpitasya ca
bhāgo jīvas sa
vijñeyas sa cānantyāya kalpate.
9 Atman yang hidup
ini supaya diketahui besarnya seperseratus bagian dari sehelai rambut yang
sudah dibagi seratus, tetapi dia juga dapat bersifat tidak terbatas.
- atman
perseorangan mempunyai potensi tidak terbatas.
10. naiva strī na pumān eṣa na caivāyaṁ napuṁsakaḥ
yad yac charīram ādatte tena tena sa rakṣyate
10.
Dia bukan betina,
bukan jantan dan bukan pula netral. Tubuh yang bagaimanapun diambilnya maka
seperti itulah bentuknya.
-
rakṣyate: saṁrakṣyate, tat tad dharmān ātmany
adhyasyābhimanyate. Ś.
-
Bacaan yang lain
adalah yujyate atau ditemani. sambadyate.
-
Jiwa yang hidup, jīva adalah vijñānātman. Ś.
11. saṁkalpana-sparśana-dṛṣti-mohair
grāsāmbu-vrṣṭy-ātmā vivṛddhi-janma
karmānugāny
anukrameṇa dehī stāneṣu rūpāny abhi samprapadyate.
11 Dengan jalan
berfikir, meraba, pengelihatan dan nafsu, dengan makanan dan minuman yang
melimpahkan kemudian terjadilah kelahiran dan perkembangan dari atman (yang
mempunyai tubuh). Sesuai dengan perbuatan-perbuatannya atman yang bertubuh ini
akan berturut-turut mengambil bentuk dalam berbagai keadaan-keadaan.
- mohaiḥ: v. homaiḥ, dengan yajna.
12. sthūlāni sūkṣmāṇi bahūni caiva, rūpāṇi dehī sva-guṇair vṛṇoti
Kriyā-guṇair ātma-guṇaiś ca teṣām samyoga-hetur aparo’pi dṛṣṭaḥ.
12.
Atman yang bertubuh
sesuai dengan kwalitasnya sendiri, memilih berbagai bentuk, kasar dan halus.
Sesudah menjadikan dirinya penyebab dari persatuannya dengan mereka, melalui
kwalitas dari tubuhnya, dia dilihat sebagai yang lain.
PEMBEBASAN
MELALUI PENGETAHUAN TENTANG
TUHAN YANG ESA
13. anādy anantaṁ
kalilasya madhye viśvasya sraṣṭāram aneka-ṛupam
viśvasyaikam
pariveṣṭitāraṁ jñātvā devam mucyate sarva-pāśaiḥ.
13 Dia yang tanpa
permulaan dan tanpa akhir, ditengah-tengah kekacauan, pencipta semuanya, dalam
bentuk yang jamak, yang sendiri memeluk alam semesta, dia yang mengerti Tuhan
akan dibebaskan dari semua keterikatan.
- Lihat IV.14.
- kalilasya: gahana-gabhīra-samsārasya. Ś. keajaiban dan misteri dari proses kosmis ditekankan.
- devam: jyotī-rūpam paramātmānam. Ś. yang bersifat sinar, Atman
Maha Tinggi.
- sarva-pāśaiḥ: avidyā-kāma-karmabhih.Ś. ikatan-ikatan kebodohan dan akibat-akibat dari nafsu dan
perbuatan.
14. bhāva-grāhyam
anīdākhyam, bhāvābhāva-karaṁ śivam.
kalā-sarga-karaṁ devam, ye vidus te jahus
tanum.
14.
Dia yang semestinya
ditangkap oleh pikiran, yang disebut rohani, yang menciptakan keberadaan dan
tiada keberadaan, yang baik, pembuat dari penciptaan dan bagian-bagiannya,
Illahi, mereka yang mengerti Dia, telah meninggalkan tubuh mereka.
-
anīḍākhyam: Śaṁkarānanda
membacanya anilākhyam, yang disebut
udara sebagai nafasnya nafas, prāṇasya
prāṇam.
-
nīda: tubuh;
anīḍa: tidak mempunyai tubuh.
-
kalā: Ś.
menerangkan ini sebagai ke 16 kalās, mulai
dari prāna atau yang hidup dan
berakhir dengan nāma, Praśna IV.4. Vijñāna-bhikṣu mengartikan hal ini
sebagai ‘kekuatan yang inherent’, dia yang mencipta dengan kekuatan yang
inherent.
-
Veda-veda dan
ilmu-ilmu yang lain disebut kalās.
BAB VI
TUHAN YANG ESA DAN IMANEN PADA DAN
TRASENDEN KEPADA PROSES KOSMIS
1.
svabhāvam eke kavayo vadanti, kālaṁ tathanye parimuhya
mānāḥ,
devasyaisa mahimā tu loke yenedam bhrāmyate brahmacakrām.
1
Karena ilusi,
beberapa orang bijak berbicara menganai sifat kesatu paduan, yang lain
berbicara mengenai waktu (sebagai penyebab pokok), tetapi sebenarnya ini adalah
kebesaran Tuhan di dunia ini, dengan apa roda Brahma dibuat berputar.
-
Lihat I.2.
-
Proses kosmis
biasanya disamakan dengan roda yang berputar. Dia bergerak terus karena
kebesaran Tuhan. Ini adalah “bayangan yang bergerak dari yang abadi”. Pada
bendera nasional India, roda ditempatkan pada latar belakang putih. roda
dilukiskan berwarna biru, gagana-sadṛśam,
megha-varṅam, yang ditempatkan pada latar belakang putih, yang merupakan
diatas segala warna, gemerlapan yang abadi.
2.
yenāvṛtaṁ nityam idaṁ hi sarvaṁ; jñaḥ kālakāro gunī sarvavid
yaḥ
teneśitaṁ karma vivartate ha, prthvyāpya-tejo’ nila-khāni
cintyam.
2
Dia oleh siapa di
dunia ini seterusnya diliput, yang mengerti, pencipta waktu, pemilik
sifat-sifat dan semua pengetahuan. Dikendalikan oleh Dia, pekerjaan penciptaan
ini, memperlihatkan dirinya sendiri, yaitu yang dianggap sebagai bumi, air,
api, udara dan angkasa.
-
kālakāro: pencipta
waktu; kālasyāpi kartā: v. adalah kālakālo, penghancur waktu. kālasya niyantā, upahartā. kalaḥ
sarvavināśkārī, tasyāpi vināśakaraḥ.
-
Lihat juga VI.16.
-
(yang mengerti)
semua ilmu pengetahuan: sarvavid yaḥ atau
sarva-vidyaḥ.
3.
tat karma kṛtvā vinivartya bhūyaḥ, tatvasya tattvena
sametya yogam
ekena dvābhyām tribhir vā, kālena caivātmaguṇaiś ca sūkṣmaiḥ.
3
Setelah menciptakan
dunia ini da beristirahat lagi, setelah masuk dan bertemu dengan inti dari
atman, dengan satu, dengan dua tiga atau delapan atau dengan waktu juga dan
sifat yang halus dari atman.
-
satu:purusa dari
falsafag Sāṁkhya.
-
dua: purusa dan prakrti.
-
tiga:triguṅa, sattva, raja, tama.
-
delapan: lima
unsur kosmis, dan manas, (fikiran), akal buddhi dan ahaṁ-kāra (ego). Lihat B.G.VII.4.
-
ātma-guṇaiḥ: kecendrungan
daripada fikiran, cinta, marah dan lain-lain. antaḥ-karaṇa-guṇaiḥ kāmadibhiḥ.Ś.
4.
ārabhya karmāṇi guṇānvitāni, bhāvān ca sarvān viniyojayed
yaḥ.
teṣām abhāve kṛta-karma-nāśaḥ karma-kṣaye yāti sa
tattvato’ nyaḥ.
4
Siapaka, ketika
mulai dengan pekerjaan-pekerjaannya yang berhubungan dengan triguna, membagikan
semua keberadaan. Pada keadaan tidak hadirnya guna ini, ada penghancuran
daripada pekerjaan dia melanjutkan, sesungguhnya, yang lain dan berbeda dari
apa yang sudah dia hasilkan.
-
Menurut Ś. ayat ini
menceritakan kepada kita bahwa apabila kita membaktikan semua pekerjaan kita
kepada Iśvara, maka kita tidak akan
dipengaruhi oleh hukum karma, “Orang itu pekerjaannya telah dihancurkan dan
sifatnya disucikan, terus bergerak, berbeda dari semua benda-benda, dari semua
buah kebodohan, mengetahui dirinya menjadi Brahman”.
-
viniyojayed: iśvara samarpayet teṣām iśvara
samarpitattvād ātma-sambandhāthāvas tad-abhāve pūrve-kṛta-karmaṅam nāsah karma
kṣaye viśuddha-sattvo yāti. Ś.
-
anyaḥ v. anyat. Dia
pergi kepada Brahman yang berbeda
dari apa saja yang ada, tattvebhyo yad
anyad brahma tad yāti. Ś.
-
ayat ini bisa
ditafsirkan lain: (1). Tuhan melewati beberapa keadaan tetapimengetahui diriNya
berada diatas semuanya; (2). Bila kita mengerjakan pekerjaan bukan untuk
kepentingan sendiri tetapi untuk menyenangakn Tuhan, pekerjaan kita tidak akan
mengikat kita lagi dan kita menjadi merdeka. Śaṁkarānanda dan Vijñāna-bhikṣu mengikuti penafsiran
kedua.
5.
adis sa samyoga-nimitta-hetuḥ paras trikālād akalo’ pi dṛṣtaḥ
taṁ viśva-rūpam bhava-bhūtam īdyam devaṁ sva-cittastham
upāsya pūrvam.
5
Dia adalah
permulaan, sumber daripada penyebab-penyebab yang mempersatukan jiwa dengan tubuh.
Dia harus dilihat dari luar dari ketiga waktu (yang lalu, sekarang dan yang
akan datang) dan yang tidak mempunyai bagian-bagian; setelah pertama-tama
menyembah Tuhan yang mempunyai banyak bentuk, asal semua makhluk, yang
bersemayam pada fikiran setiap orang.
-
Sumber daripada penyebab-penyebab yang mempersatukan: bandingkan dengan: samyoga-liṅgodbhavam
trailokyam. M.B.XII.819.
-
akalah:tanpa
bagian-bagian, trans-empiris, nis-prapañcaḥ.
Ś.
-
upāsya-pūrvam: pertama
menyembah. Penyembahan adalah permulaan dari pengetahuan.
-
Viśva-rūpam: yang
mempunyai bentuk banyak. Tuhan mengambil rupa yang para penyembah memberikan
kepadaNya.
-
upāsakaiḥ yad yat rūpam upāsyate tat-tad-rūpa-dhāriṇam
6.
sa vṛkṣa-kālākṛtibhiḥ paro’nyo yasmāt prapañcaḥ
parivartate’ yam
dharmāvaham pāpanudam bhageśaṁ jñatvātmastham amṛtaṁ
viśva-dhāma.
6
Lebih tinggi
dan lain daripada bentuk-bentuk pohon dunia dan waktu adalah dia, dari siapapun
ini berputar, yang membawa kebaikan dan menghilangkan kejahatan, penguasa dari
kemakmuran, setelah Dia pergi sebagai yang berada pada atman sendiri, yang
abadi, penopang semuanya, dia akan mencapai Brahman.
-
vṛkṣa: pohon.
Lihat Kaṭha VI.1.
-
dharmāvaham: dharma adalah kekuatan yang bersinar dari Tuhan Penyelamat, yang terwujud pada
jiwa manusia. Lihat R.V.I.164.
-
Śiva adalah pembawa
dharma, dharmāvaha.
7.
tam īśvarānām paramam maheśvaram, taṁ devatānām paramaṁ
ca daivatam
patin patīnām paramaṁ parastāt, vidāma devam bhuvaneśam īḍyam.
7
Dia, yang adalah
Penguasa Maha Tinggi dari penguasa-penguasa, yang adalah dewata Maha Tinggi
diantara dewata, majikan tertinggi dari majikan-majikan, mengatasi, dia yang
hendaknya kita ketahui sebagai Tuhan, penguasa dunia, yang dicintai.
8.
na tasya kāryaṁ karaṇaṁ ca vidyate, na tat samaś cāpy
adhikaś ca drśyate
parāsya śaktir vividhaiva śruyate
svābhāvikījñāna-balakriyā ca.
8
Tidak ada tindakan
atau alat-alat tubuhnya yang diketahui. Tidak ada yang sama atau lebih baik.
Kekuatannya yang maha tinggi ditunjukan dalam berbagai hal. Pekerjaan-pekerjaan
dari kecerdasannya dan kekuatannya adalah bersatu pada dalam dirinya.
9.
na tasya kaścit patir asti loke, na ceśitā naiva ca tasya
lingam,
na kāraṇam karanādhipadhipo na cāsya kaścij janitā na
cādhipaḥ.
9
Untuk dia tidak ada
majikan dari dunia ini, tidak ada penguasa tidak ada juga tanda-tanda dari Dia.
Dia adalah penyebab, penguasa dari penguasa-penguasa alat-alat indria; untuk
dia tidak ada nenek moyang atau penguasa.
-
liṅga.: tanda,
dari mana kita bisa membuktikan Tuhan, sebagai api dari asap. Dhūma-sthānīyam yenānumīyeta. Ś.
-
janitā: nenek moyang, janayitā. Ś.
10.
yas tantunābha iva tantubhiḥ pradhānajaiḥ
svabhāvataḥ deva ekaḥ svam āvṛṇot, sa no dadhād
brahmāpyayam.
10
Tuhan Yang
Esa, yang menutupi sifatnya, menutup dirinya, seperti laba-laba dengan jalanya
yang dihasilkan dari pradhāna (benda
yang tidak terwujud), semoga Dia mengijinkan kita untuk masuk kedalam Brahman.
-
brahmāpyayam: masuk
ke dalam Brahman, ekī-bhāvam. Ś.
-
yathorṇanābhir ātma-prabhavais tantubhir ātmānameva samāvṛṇoti,
tathā pradhānajair avyakta-prabhavair nāma-rūpa-karmabhis tantus-thānīyaiḥ svam
ātmānam āvṛṇot. Ś.
-
sebagai laba-laba
yang menutupi dirinya dengan jala yang dibuatnya sendiri, demikian pulalah
Tuhan Yang Esa menutup diriNya dengan hasil-hasil prakṛti.
11.
Eko devas sarva-bhūteṣu gūḍhas sarva-bhūtān-tar-ātmā
karmādhyakṣas sarva-bhūtādhivāsas sākṣī cetā kevalo nirguṇaś
ca.
11
Tuhan Yang Esa yang
tersembunyi pada setiap makhluk, ada dimana-mana, atman dari semua makhluk,
pemerintah dari semua tindakan-tindakan, yang bersemayam disemua makhluk,
saksi, yang mengerti, yang satu, yang tidak punya sifat.
12.
eko vaśī niṣkriyāṇām bahūnām ekam bījam bahudhā yaḥ
karoti
tam ātmastham ye’ nupaśyanti dhīrās teṣāṁ sukhaṁ
śāś-vatam netareṣāṁ.
12
Yang satu
pengendali yang banyak, tidak aktip, yang membuat satu bibit menjadi jamak.
Yang akrif, yang mengerti Dia, yang bersemayam pada atman, kepada merekalah
diberikan kebahagiaan abadi dan bukan kepada yang lain.
-
Lihat Kaṭha
II.2.12.
-
niskriyānām: tidak
aktip. Ś. menerangkan bahwa perbuatan-perbuatan dari makhluk hidup adalah karena
tersentuh oleh mereka. sarvā hi kriyā
nātmani samavetāḥ kiṁ tu dehendriyeṣu, ātmā tu niṣ-kriyo nirguṇaḥ. Ś.
-
Lihat B.G.III.20.
13.
nityo nityānāṁ cetanas cetanānām eko bahūnāṁ yo vidadhāti
kāmān
tat kāraṇaṁ sāṁkhya-yogādhigamyaṁ jñātvā devam mucyate
sarva-pāśaiḥ.
13
Dia adalah yang
abadi diantara mereka yang abadi, yang berbuddhi diantara yang berbuddhi, yang
satu diantara yang banyak, yang mengabulkan keinginan-keinginan. Penyebab itu
yang meski dikenal dengan pembedaan (menurut Sāṁkhya) dan mengendalikan diri (yoga) dengan mengenal Tuhan
seseorang akan terbebas dari semua belenggu.
-
Lihat Kaṭha
II.2.13.
nityo
nityānām: yang abadi diantara yang abadi.
Jiwa yang hidup adalah abadi dan Dia adalah diantara mereka atau abadi ini
mungkin diartikan untuk unsur-unsur bumi, air, dan lain-lain. jīvānām madhye....adhavā pṛthivyādīnām
madhye. Ś.
14.
na tatra sūryo bhāti na candra-tārakam, nema vidyuto
bhānti kuto’yam agniḥ
tam eva bhāntam anubhāti sarvam, tasya bhāsā sarvam edaṁ
vibhāti.
14
matahari tidaklah
bersinar disana, tidak pula bulan dan bintang-bintang, tidak juga kilat dan
pasti juga tidak ada api. Sesudah Dia, ketika Dia bersinar, setiap benda
bersinar, dengan sinarNya semua diterangi.
-
Lihat Kaṭha II.2.15;
M.U.II.2.10; B.G.XV.6.
15.
eko haṁso bhuvanasyāsya madhye, sa evāgnis salile sanviṣṭaḥ
tam eva viditvātimṛtyum eti, nānyaḥ panthā vidyate’
yanāya.
15
satu-satunya burung
angsa (haṁsa) di tengah dunia ini.
Inilah sesungguhnya apai yang telah memasuki lautan. Hanya dengan mengerti
Dialah seseorang mengatasi kematian. Tidak ada jalan lain untuk menuju ketempat
itu.
-
haṁsa: burung
angsa, atman tertinggi yang menghancurkan sumber keterikatan, kebodohan dan
lain-lain, hanti avidyādibandha-kāraṇam
iti haṁsaḥ.
16.
sa viśva-kṛd viṣva-ṿid ātma-yonir jñaḥ kālā-kāro guṇī
sarvavidyaḥ
pradhāna-kṣetrajña-patiḥ guṇeśaḥ saṁsāra-mokṣa-sthiti-bandha-hetuḥ.
16
Dia adalah pencipta
semua, yang mengerti semua, penyebab sendiri, yang mengerti, pencipta waktu,
pemilik sifat-sifat, yang mengetahui segalanya, penguasa alam dan jiwa,
penguasa sifat-sifat, penyebab keberadaan duniawi dan pembebasan, kelanjutan
dan keterikatan.
-
ātma-yoniḥ: penyebab
sendiri, ātmā cāsau yoniś cet ātma-yoniḥ.Ś.
-
ātmānam yoniḥ, ātma-yoniḥ: sumber semua atman.
-
kāla-kāro: pencipta
waktu. Lihat VI.2.21.
-
pradhāna: avyaktam, alam
-
ksetrajña: vijñānātmā, jiwa.
-
Yang Maha Tinggi
mengikat, mempertahankan dan menghancurkan keberadaan duniawi.
17.
sa tanmayo hy amṛta īśa-saṁstho jñas sarvago bhuvana
syāsya goptā
ya īśe asya jagato nityam evā-nānyo hetur vidyate
īśa-nāya.
17
Menjadi seperti hal
itu, abadi, keberadaan seperti penguasa, yang mengerti, yang maha tahu, penjaga
dunia ini adalah Dia yang memerintah dunia ini selamanya, sebab tiada ditemukan
penyebab lain untuk memerintah.
-
īśa-saṁsthaḥ:
keberadaan seperti penguasa. Īśe svāmini
samyak sthitiḥ yasyāsau īśa-saṁsthaḥ
-
Tiada yang lain
yang bisa memerintah dunia. nānyo hetuḥ
samartho vidyate.Ś.
18.
yo brahmāṇaṁ
vidadhāti pūrvam, yo vai vedāṁś ca prahiṇoti tasmai
taṁ ha devam atma-buddhi-prakāśam mumukṣur vai śaraṇam
aham prapadye.
18
Kepada Dia, yang
dahulu kala menciptakan Brahmā dan yang menyerahka Veda kepadanya, kepada Tuhan
itu yang diterangi oleh buddhiNya, aku sendiri, yang sangat menginginkan
pembebasan menyerahkan diri.
-
ātma-buddhi-prakāśam: Śamkarānanda menjelaskan sebagai sva-buddhi-sākṣiṇam,
yang berupa sinar atau saksi dari pengetahuan atman.
-
Ini bisa diturunkan
menjadi dua: (1). ātmaiva buddhir
ātma-buddhiḥ saiva prakāśo’ syety ātma-buddhi-prakāśam. (2). ātma-buddhim prakāśayatīty
ātma-buddhi-prakāśam. Ś.
-
V. ātma-buddhi-prasādam. ātmani yā buddhis tasyāḥ
prasādakaram. Ś, dia yang melalui
anugrahnya sendiri mewujudkan dirinya.
19.
niṣkalaṁ niṣkriyaṁ śantaṁ niravadyaṁ nirañjanam,
amṛtasya paraṁ setuṁ dagdhendhanam ivānalam.
19
Kepada dia yang
tanpa bagian, tanpa kegiatan, tenang, tidak bisa didekati, tanpa cacat,
jembatan yang Maha Tinggi kearah keabadian, seperti api yang dengan minyaknya
terbakar.
-
nirañjanam: nirlepam, tanpa cacat.
20.
yadā carmavad ākāśam veṣṭyisyanti manānvāḥ.
tadā devam avijñāya ḍuḥkhasyānto bhaviṣyati.
20
Ketika orang-orang
menggulung angkasa seolah-olah angkasa ini hanya selembar kulit, maka akan ada
akhir dari kesengsaraan, selain daripada mengerti Tuhan.
-
Menggulung angkasa
seperti selembar kulit adalah hal yang mustahil, tetapi ketika kemustahilan itu
menjadi mungkin, maka pada saat itulah kesengsaraan sirna, bahkan tanpa
mengerti Tuhan. Tidak ada jalan lain untuk menghilangkan kesengsaraan selain
pengetahuan tentang Tuhan.
-
devam: v. śivam.
21.
tapaḥ-prabhāvād deva-prasādāc ca, brahmā ha śvetāsvataro’
tha vidvān
atyāśramibhyaḥ paramam pravitram, provāca samyag ṛsi-saṁgha-juṣṭām.
21
Dengan kekuatan
tapa dan anugrah Tuhan, Svetāśvatara yang arifmdengan sikap yang patut,
berbicara tentang Brahman, Yang Maha
Tinggi, suci, kepada para pertapa yang berpengetahuan luas, yang menyenangkan
pertemuan orang-orang suci ini.
-
Dengan kekuatan
tapa dan anugerah Tuhan: anugrah Tuhan bukanlah menunda kekuatan-kekuatan jiwa
melainkan memulihkannya kepada kegiatan yang paling tinggi. Yang gaib lebih
mengintensifkan yang alamiah. Tidak ada hal yang bersifat sulap yang mencampuri
kehidupan manusia. Kita adala manusia dan bukan benda. Kebebasan kita tidak
dapa dihancurkan oleh anugrah sorgawi. Dengan perbuatannya yang bebas manusia
membuat cita-citanya yang dia kejar.
Baron Von Hugel mengutip dari Tractatus de Gratia et Libero Arbitrio, karangan St, Bernard,
6.6.XIV.47: “Sesuatu yang dimulai dari anugrah akan bisa didapat oleh
kedua-duanya baik oleh anugrah maupun oleh Kehendak Yang Bebas dan karena itu
bekerja bersama-sama dan tidak sendiri-sendiri, bersama-sama dan bukan
bergantian, pada setiap tahap dari seluruh proses. Tindakan-tindakan itu
bukanlah sebagian anugrah dan sebagian Kehendak Yang Bebas; tetapi keseluruhannya
dari kedua-duanya adalah dipengaruhi oleh kegiatan yang tidak terbagi”. ‘The Mysticai Element of Religion, Jilid
I.h.69.ff.
-
Pertapa yang
berpengetahuan luas: paramahamsa-saṁnyāsinas
ta evātyāśramiṇaḥ. Ś. yang tertinggi dari empat tingkatan pertapa.
Bd. caturvidhā bhikṣavaś
ca bahūdakau kuṭīcakau
hamsaḥ
paramahaṁsaś ca yo yaḥ paścāt sa uttamah.
22.
vedānte paramaṁ gulyam purākalpe pracodutam
nāpraśāntāya dātavyam nāputrāyāśisyāya vā punaḥ.
22
Keajaiban tertinggi
dari Vedānta yang sudah di umumkan dalam jaman yang lalu, tidak boleh diberikan
kepada seseorang yang nafsunya belum terkendali dan juga tidak boleh kepada
seseorang yang bukan anak atau murid.
-
Lihat B.U.VI.3.12;
Maitri VI.29.
-
praśāntāya, prakarṣena śāntaṁ sakala-rāgādi-mala-rahitaṁ
cittam yasya tasmai putrāya tādṛśa śiṣyāya vā dātavyam, tad viparītāya putrāya
śiṣyāya vā snehādinā brahmavidyā na vaktanyā. Ś.
-
ini tidak pantas
diajarkan kepada yang bukan anak atau murid, apabila nafsu-nafsunya belum
terkendali.
23.
yasya deve parā bhaktir yathā deve tathā gurau,
tasyaite kathatā hy arthaḥ, prakāśante mahātmanaḥ,
prakāśante mahātmanaḥ.
23
Pembucaraan
mengenai hal ini, yang sudah diumumkan bersinar ke segala arah, kepada dia yang
memiliki jiwa-tinggi, yang memiliki bakti terbesar kepada Tuhan, dan kepada
guru-rohaninya seperti kepada Tuhan. Ya, dia bersinar ke segala arah kepada dia
yang memiliki jiwa-tinggi.